Jum'at, 19 April 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 15 Desember 2020 | 13:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Tim ilmuwan Amerika Serikat (AS), menyampaikan kalau kepunahan massal hewan darat termasuk amfibi, reptil, mamalia hingga burung bisa terjadi setiap 27 juta tahun sekali.

Hal ini disampaikan berdasarkan analisis statistik para ilmuwan pada peristiwa kepunahan massal, yang diketahui memusnahkan tetrapoda atau hewan dengan empat kaki.

Tim peneliti ini mendeteksi, frekuensi dasar yang signifikan secara statistik dari kepunahan massal di suatu tempat di wilayah 27,5 juta tahun.

Kepunahan massal ini sejalan dengan dampak asteroid besar dan aliran lava vulkanik yang menghancurkan, yang dikenal sebagai letusan banjir basal.

Tim ilmuwan mengatakan bahwa kepunahan dapat ditentukan oleh orbit Bumi di Bimasakti, yang memicu hujan komet dengan potensi memusnahkan semua kehidupan di Bumi.

Penemuan terbaru tentang kepunahan massal yang terjadi secara bersamaan dan tiba-tiba di darat dan di lautan serta dari siklus umum 26 hingga 27 juta tahun, memberikan kepercayaan pada gagasan tentang peristiwa bencana global berkala sebagai pemicu kepunahan.

Faktanya, tiga dari pemusnahan massal spesies di darat dan di laut telah diketahui terjadi pada waktu yang sama dengan tiga dampak terbesar dalam 250 juta tahun terakhir, masing-masing mampu menyebabkan bencana global dan mengakibatkan kepunahan.

Ilustrasi dinosaurus. (Shutterstock)

Menurut Profesor Michael Rampino, penulis penelitian dari Universitas New York, peristiwa kepunahan vertebrata yang terakhir terjadi 7,25 juta tahun lalu, sehingga peristiwa berikutnya bisa terjadi sekitar 20 juta tahun di masa depan.

Dilansir Dailymail, Selasa (15/12/2020), peristiwa kepunahan massal yang paling terkenal terjadi pada 66 juta tahun lalu, ketika 70 persen dari semua spesies di darat dan di laut, termasuk dinosaurus, tiba-tiba punah. Peristiwa tersebut diyakini terjadi karena tumbukan asteroid atau komet besar dengan Bumi.

Ahli paleontologi juga mengatakan, tampaknya kepunahan massal kehidupan laut terjadi dalam siklus 26 juta tahun.

Para ahli astrofisika berhipotesis bahwa hujan komet berkala terjadi di tata surya setiap 26 hingga 30 juta tahun, menghasilkan dampak siklus dan mengakibatkan kepunahan massal secara berkala.

Tim ilmuwan melaporkan bahwa delapan dari sepuluh peristiwa kepunahan darat terjadi bersamaan dengan episode kepunahan laut yang diketahui. Delapan kepunahan massal yang terjadi secara bersamaan di darat dan di lautan juga cocok dengan waktu letusan banjir basal.

"Kepunahan massal global tampaknya disebabkan oleh dampak bencana terbesar dan vulkanisme masif, mungkin kadang-kadang terjadi bersamaan," kata Profesor Rampino.

Penelitian telah diterbitkan di jurnal Historical Biology ini, para ilmuwan menyebut bahwa dalam jangka panjang, letusan dapat menyebabkan pemanasan rumah kaca yang mematikan dan lebih banyak asam serta lebih sedikit oksigen di lautan.

Ilustrasi Bumi. (pexels/pixabay)

Ahli lain juga telah memperingatkan bahwa peristiwa kepunahan massal paling cepat akan terjadi pada 2100 akibat pemanasan global.

Menurut penelitian 2017 di Science Advances, pada 2100, diprediksi sekitar 310 gigaton karbon akan ditambahkan ke lautan.

Tak hanya itu, diperkirakan beruang kutub akan punah pada tahun 2030-an, pandemi besar lainnya pada tahun 2080-an, dan krisis kemanusiaan global pada awal abad ke-22.

Itulah hasil analisis tim ilmuwan yang mengklaim kalau kepunahan massal hewan bisa terjadi setiap 27 juta tahun sekali. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?