Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Masih banyak yang perlu diperlajari dari Teori Big Bang yang merupakan model kosmologis yang menggambarkan bagaimana alam semesta ini muncul.
Terutama jika dikaitkan dengan apa yang terjadi dalam sepersekian detik ketika alam semesta muncul.
NASA ingin mencari tahu tentang hal itu dengan merancang teleskop luar angkasa baru yang dapat menyelidiki alam semesta untuk mendapatkan bukti masa-masa paling awal.
Saat ini, teleskop tersebut diberi nama SPHEREx, kependekan dari Spectro-Photometer for the History of the Universe, Epoch of Reionization and Ices Explorer.
Baca Juga
-
Viral Celengan Receh sampai Jutaan, Ternyata Uangnya untuk Beli Ini
-
Latihan Praktik Akad Nikah, Pelajar SMA Ini Malah Baper Berjamaah
-
Sempat Hampir Masuk RRQ, Ryzen: Kayaknya Udah Rezeki Gue di BTR
-
Pamer Gaji Rp 178 Juta Per Hari, Netizen Penasaran Pekerjaan Pria Ini
-
Nekat Main Petasan di dalam Mobil, Netizen Penasaran Nasib Pemuda Ini
Desain akhir akan mulai dibangun dan direncanakan untuk diluncurkan antara 2024 dan 2025.
Teleskop luar angkasa SPHEREx diperkirakan seukuran mobil subkompak dan akan mampu memetakan seluruh langit empat kali, membuat database besar bintang, galaksi, nebula, dan banyak benda langit lainnya.
Jika berjalan sesuai rencana, SPHEREx akan menjadi misi pertama NASA yang menciptakan peta spektroskopi langit secara penuh dalam inframerah dengan mengamati total 102 warna inframerah dekat.
"Ini seperti beralih dari gambar hitam-putih ke berwarna," kata Allen Farrington, manajer proyek SPHEREx, seperti dikutip CNET, Jumat (8/1/2021).
Prioritas pertama SPHEREx adalah mencari bukti dari sesuatu yang menurut NASA mungkin terjadi kurang dari sepermiliar per satu miliar detik setelah Big Bang.
Dengan memetakan miliaran galaksi di seluruh alam semesta, NASA berharap menemukan pola statistik yang dapat membantu menjelaskan apa yang terjadi persis setelah Big Bang, momen-momen ketika alam semesta berkembang pesat.
Peta yang baru dibuat juga akan membantu mencari es air dan molekul organik beku di sekitar bintang yang baru terbentuk.
SPHEREx juga diharapkan bisa menemukan lebih banyak tentang pembentukan galaksi dan beberapa galaksi pertama kali menciptakan bintang. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Ilmuwan Ungkap Planet Berkabut, Wujud Mirip Neptunus
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan