Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan : Rabu, 24 Maret 2021 | 14:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sempat menghebohkan penemuan monster laut misterius yang dianggap mirip dengan gajah. Karena itulah disangka sebgai Gajah Mina, hewan legenda yang dipercayai masyarakat.

Kehebohan ini bermula dari penemuan bangkai yang mengambang di perairan Laut Natuna Utara, Kepulauan Riau (Kepri).

Warga setempat menduga monster laut itu mirip hewan legenda, Gajah Mina karena memiliki beberapa kemiripan dengan hewan berbelalai tersebut.

Penjelasan LIPI

Terkait itu, peneliti mamalia laut di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Sekar Mira merespons penemuan bangkai mamalia laut tersebut.

Menurut LIPI, yang disebut warga monster laut itu merupakan seekor paus berjenis baleen (mysticety) yang memiliki rahang bawah terpisah dan berbentuk dua bagian menyerupai gading pada gajah.

"Kalau gajah punya gading, tetapi yang ada di paus ini sebenarnya rahang bawah. Cuman rahang bawah itu tidak tersambung jadi berbentuk dua bagian seperti dua gading, kanan sama kiri sama seperti gading pada gajah," ujar Mira dikutip dari Batamnews.co.id--jaringan Suara.com, Senin (22/3/2021).

Tangkapan layar penemuan monster laut di Natuna, Kepulauan Riau yang sempat menggegerkan warga. [Ist]

Lebih lanjut, Mira mengatakan sebagian masyarakat di Indonesia memiliki beberapa mitos gajah yang dapat berenang di laut, atau disebut Gajah Mina. Hal ini menurutnya bentuk ketidaktahuan masyarakat akan biota laut di Indonesia.

"Mungkin kita belum terlalu mengenal laut kita sehingga ketika ada yang terdampar kemudian dia lihat mungkin bentuknya besar dan seperti gading. Gading kan indentik dengan gajah, masyarakat lebih mengenal gajah jadi itu identik dengan gajah mina yang ada di di mitologi kita yang merupakan gajah yang bisa berenang di laut," ujarnya.

Ia juga menjelaskan bahwa paus baleen merupakan jenis paus yang tidak memiliki gigi pada bagian rahang bawahnya. Namun paus tersebut memiliki saringan pada mulutnya yang menyerupai sapu ijuk.

Saringan itu, kata dia berfungsi untuk menyaring plankton di air yang menjadi sasaran makanan bagi paus tersebut.

Mira menjelaskan paus tersebut kerap ditemui di Indonesia, karena paus baleen hidup di habitat laut dalam.

Terlebih paus baleen ditemukan itu berada di perairan Natuna yang berseberangan dengan laut dalam.

Selain itu, Mira menilai perairan di Indonesia masih banyak ditemui jalur migrasi ikan paus, jadi merupakan hal yang wajar ketika mendapati ikan paus terdampar.

"Sebenarnya paus baleen wajar ditemui di laut dalam kita, karena di kita (Indonesia) masih banyak ditemui jalur migrasi banyak paus," ujarnya.

Mira berharap temuan paus baleen yang diduga Gajah Mina itu dapat diawetkan. Kemudian rangka pada paus tersebut dapat disusun kembali agar masyarakat mengetahui bahwa paus itu merupakan jenis dari paus baleen.

Gajah mina disebut muncul di Natuna, Kepulauan Riau. (ist)

Kepercayaan Gajah Mina

Dilansir dari berbagai sumber, dalam kepercayaan warga setempat Gajah Mina adalah perpaduan antara hewan gajah dan ikan. Dalam kepercayaan Hindu, hal tersebut termaktub dalam lontar Yama Tattwa dipakai oleh Wangsa Wesia sebagai petulangan dalam upacara ngaben.

Gajah mina merupakan salah satu dari 7 mahluk mitologi dalam kepercayaan Hindu yang juga disebut makara. Hewan ini disebut memiliki ukuran yang cukup besar hingga seukuran paus dewasa. Ia memiliki belalai layaknya gajah, sedikit bulu di tubuhnya sepasang gading dan telinga yang lebar pada beberapa jenisnya.

Gajah Mina menjadi simbol dari kekuatan dari Raja Lautan, yakni Dewa Baruna. Gajah Mina juga dikaitkan dengan kisah penyelamatan dunia oleh Matsya, yang merupakan Avatara Wisnu yang berwujud Ikan Berkepala Gajah.

Itulah penjelasan LIPI terkait penemuan bangkai monster laut di Natuna yang ternyata paus baleen bukanlah Gajah Mina seperti anggapan awal. (SuaraRiau.id/ Eko Faizin).

BACA SELANJUTNYA

Kata Peneliti LIPI, Herd Immunity Skenario Paling Buruk Lawan Covid-19