Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Minggu, 09 Mei 2021 | 22:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Beberapa waktu lalu, para ahli sudah memperkirakan bahwa roket China, Long March 5B bakal segera jatuh dan menghantam Bumi, meski mereka masih belum mengetahui lokasi presisinya. Benar saja, puing roket China diketahui telah jatuh di Samudra Hindia, dekat Maladewa pada hari Minggu (09/05/2021).

Koordinat yang diberikan oleh media pemerintah China, mengutip Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China, menunjukkan titik benturan di laut, sebelah barat kepulauan Maladewa.

Menurut laporan dari BBC, terdapat spekulasi berhari-hari mengenai di mana roket itu mungkin mendarat, dan para pejabat AS serta pakar lainnya memperingatkan kembalinya roket itu berisiko menimbulkan korban.

Meski begitu China bersikeras dan menjelaskan bahwa jatuhnya puing roket sehingga menimbulkan korban jiwa risikonya rendah sekali.

Puing Long March-5b kembali memasuki atmosfer pada pukul 10:24 waktu Beijing (02:24 GMT) pada hari Minggu di mana tidak ada laporan cedera atau kerusakan.

Estimasi fase re-entry roket Long March 5B. Gambar hanya ilustrasi dan bukan titik jatuh sebenarnya. (YouTube/ AllCentralFlorida)

Dikatakan puing-puing dari roket seberat 18 ton itu, salah satu barang terbesar dalam beberapa dekade yang menyelam tanpa arah ke atmosfer, mendarat di Samudra Hindia pada titik 72,47 ° BT dan 2,65 ° Utara.

Layanan pemantauan Space-Track, yang menggunakan data militer AS, mengatakan roket itu tercatat di atas Arab Saudi sebelum jatuh ke Samudra Hindia dekat Maladewa.

Puing-puing dari Long March 5B telah membuat beberapa orang melihat ke langit dengan waspada sejak lepas dari pulau Hainan China pada 29 April, tetapi Kantor Teknik Luar Angkasa Berawak China mengatakan sebagian besar puing-puing itu terbakar di atmosfer.

Petinggi NASA melemparkan kritik pada situs resmi badan antariksa sesaat ketika roket dalam fase masuk kembali (re-entry).

"Negara-negara antariksa harus meminimalkan risiko terhadap orang dan properti di Bumi dari masuknya kembali (re-entry) objek luar angkasa dan memaksimalkan transparansi mengenai operasi tersebut. Jelas bahwa China gagal memenuhi standar yang bertanggung jawab terkait puing-puing luar angkasa mereka," kata Administrator NASA Bill Nelson dikutip dari Reuters.

Ilmuwan serta ahli astrofisika yang bermarkas di Harvard, Jonathan McDowell, menyebut bahwa perancang roket di China mempunyai sifat "malas".

"Sejak potongan besar dari stasiun luar angkasa NASA Skylab jatuh dari orbit pada Juli 1979 dan mendarat di Australia, sebagian besar negara telah berusaha untuk menghindari re-entry yang tidak terkendali melalui desain pesawat luar angkasa mereka. Itu membuat perancang roket China terlihat malas karena mereka tidak membahas ini," kata McDowell.

Terlepas dari jatuhnya puing roket China ke Bumi, negeri Tirai Bambu itu dianggap sebagai salah satu negara yang menghabiskan miliaran dolar AS atau dari puluhan triliun untuk mewujudkan mimpi luar angkasa mereka.

BACA SELANJUTNYA

Hasil Menko Luhut ke China, Mobil Listrik BYD akan Investasi ke Indonesia