Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Para ilmuwan telah berhasil menemukan korban wabah tertua di dunia, yang diperkirakan berasal dari 5.000 tahun silam.
Yakni seekor hewat pengerat menggigil seorang manusia purba dari zaman batu yang menyebabkan wabah, menurut para ilmuwan.
Hewan itu membawa strain bakteri Yersinia pestis, patogen yang menyebabkan Black Death atau wabah pes pada tahun 1300-an.
Bakteri tersebut membunuh lelaki Zaman Batu yang meninggal pada usia 20-an itu. Ini adalah jenis wabah tertua yang diketahui sejauh ini.
Baca Juga
Genom strain tersebut sangat mirip dengan versi wabah yang menghancurkan Eropa abad pertengahan lebih dari 4.000 tahun kemudian.
Tetapi, itu kehilangan beberapa gen kunci, terutama sifat-sifat yang membuatnya menular.
Tidak seperti keturunan mikrobanya, wabah yang membuat manusia purba itu sakit adalah penyakit yang bergerak lambat dan tidak terlalu menular.
Selama Black Death, gigitan kutu adalah sumber utama infeksi. Tetapi para ahli merasa itu tidak memiliki gen yang memungkinkan penularan oleh kutu.
Dengan kata lain, dalam ribuan tahun antara kematian manusia purba tersebut dan Black Death, bakteri Yersinia pestis bermutasi sedemikian rupa sehingga memberinya kemampuan melompat antar spesies melalui kutu.
Manusia purba yang merupakan pemburu dan pengumpul itu meninggal di wilayah yang sekarang disebut Latvia.
Di dekat kerangkanya, para ahli menemukan sisa-sisa manusia lain, mencakup seorang gadis remaja dan bayi, tetapi tidak ada yang terinfeksi.
Dilansir dari Science Alert, Rabu (30/6/2021), analisis DNA menunjukkan bahwa kerangka itu memiliki sejumlah besar bakteri di tubuhnya, menunjukkan bahwa ia mati karena bakteri tersebut.
Temuan ini dapat menunjukkan kepada ahli epidemiologi bagaimana patogen zoonosis, seperti Ebola, flu babi, dan virus Corona berubah seiring waktu.
Hal yang berubah pada abad pertengahan adalah saat ini manusia hidup dalam komunitas lebih besar dan jarak lebih dekat.
Perubahan itu mungkin telah memengaruhi evolusi, menyebabkan wabah lebih mudah menginfeksi manusia.
Itulah penemuan ilmuwan yang mengungkap wabah tertua di dunia yang dialami manusia zaman batu. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
-
Deretan Jenis Manusia Purba yang Ada di Indonesia, Ada Apa Saja?
-
Ilmuwan Ungkap Ada Samudra di Bawah Permukaan Satelitnya Uranus, Ada Makhluk Hidup?
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang
-
Ilmuwan Ungkap bahwa Tikus di New York Mulai Bisa Terjangkit Covid
-
Virus dari Permafrost Siberia Masih Bisa Hidup Lagi dan Berbahaya bagi Manusia
-
Ilmuwan Australia Hasilkan Listrik dari Udara, Ini Resep Rahasianya
-
Apakah Gempa Bisa Diprediksi? Ini Kata Ilmuwan Soal Potensi Gempa di Indonesia