Rabu, 24 April 2024
Agung Pratnyawan : Kamis, 08 Juli 2021 | 10:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Apakah kamu merasakan beberapa hari ini terasa lebih dingin di malam hari untuk sekitaran kawasan Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan kenapa hal ini terjadi?

Menurut BMKG, fenomena suhu yang lebih dingin di malam hari ini umum terjadi ketika memasuki bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu pada Juli-September.

Saat ini wilayah Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara Timur (NTT) menuju puncak musim kemarau. Periode tersebut ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

Pada Juli 2021 Australia berada dalam periode musim dingin, massa udara menjadi dingin dan kering. Pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

"Angin monsoon Australia yang bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Hindia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin, sehingga menyebabkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa (Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara) terasa juga lebih dingin," kata Herizal.

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh terhadap suhu yang dingin di malam hari karena tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Kemudian langit yang cenderung bersih dari awan akan menyebabkan gelombang panjang radiasi sinar matahari dilepaskan ke atmosfer luar.

Ilustrasi malam hari begitu dingin. (Pixabay/ StockSnap)

"Sehingga kemudian membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari," katanya menambahkan.

Sejumlah masyarakat juga menghubungkan fenomena udara dingin tersebut dengan aphelion atau posisi matahari yang berada pada titik terjauh dari bumi. Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli.

Ia mengonfirmasi bahwa matahari saat ini berada pada titik aphelion namun kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.

"Sementara itu, pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada periode musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrem terhadap penurunan suhu di Indonesia," katanya.

Dampak penurunan suhu ekstrem tersebut, kata Herizal, juga dapat menyebabkan beberapa tempat seperti Dieng dan dataran tinggi lainnya mengalami fenomena embun es atau embun upas yang menyerupai salju.

Sementara Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengatakan berdasarkan pengamatan BMKG, saat ini rata-rata suhu minimum dan maksimum di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator seperti Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, umumnya lebih rendah dibandingkan dengan wilayah lain yang berada di utara atau di sekitar garis khatulistiwa.

"Suhu udara minimum berkisar antara 14-21 derajat Celcius dengan suhu terendah tercatat di Maumere, NTT dan Tretes, Kabupaten Pasuruan, Jatim," katanya.

Itulah penjelasan BMKG kenapa suhu di malam hari terasa lebih tinggi, yang ternyata karena memasuki puncak musim kemarau. (Suara.com/ Liberty Jemadu).

BACA SELANJUTNYA

El Nino 2023 Diprediksi Melanda Indonesia, Ini Dampak dan Tanda-tandanya