Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - NASA melaporkan kalau Matahari telah melepaskan letusan terkuat dalam lima tahun trakhir, sejak 2017. Tentunya letusan dari bintik Matahari ini memberikan dampak.
Diwartakan Suara.com, Solar Dynamics Observatory NASA mengamati ledakan dari bintik Matahari itu pada Selasa pukul 20:57 PT.
NASA menyebut bahwa suar menyebabkan pemadaman radio untuk gelombang pendek tertentu, penerbangan, dan komunikasi lainnya yang berpusat di Asia.
Suar diklasifikasikan sebagai X2.2. Suar kelas X adalah kategori terkuat yang diukur oleh para ilmuwan dan angka yang lebih tinggi, setelah X menunjukkan peningkatan kekuatan letusan.
Baca Juga
NASA mencatat beberapa suar X1 dalam satu tahun terakhir, tetapi ini adalah yang terkuat sejak Matahari meledakkan sepasang suar kelas X raksasa pada minggu kedua September 2017.
Ledakan terakhir ini disertai dengan lontaran massa koronal, yaitu plasma bermuatan yang bergerak lebih lambat dan dapat menciptakan aurora ketika bertabrakan dengan medan magnet Bumi.
Tetapi karena letusan itu terletak di sisi Matahari dari sudut pandang Bumi, partikel-partikel tersebut tidak akan mengenai Bumi.
Di sisi lain, energi yang dipancarkan oleh suar bergerak dengan kecepatan cahaya dan menyebar ke segala arah di seluruh tata surya.
Itu sebabnya ledakan ini menyebabkan pemadaman radio pada saat yang sama ketika suar itu terlihat.
Dilansir dari CNET, Senin (25/4/2022), ledakan besar ini merupakan indikasi terbaru bahwa siklus Matahari sedang memanas.
Untungnya, magnetosfer Bumi mencegah letusan radioaktif yang membahayakan kehidupan di Bumi, tetapi itu tetap menimbulkan risiko bagi satelit, sistem komunikasi, astronaut di luar angkasa, dan bahkan jaringan listrik di tanah.
Pemadaman listrik skala besar sebelumnya disebabkan oleh suar dalam beberapa dekade terakhir.
Tapi ini adalah pertama kalinya Bumi mendekati aktivitas puncak Matahari dengan ribuan satelit baru di orbit.
Itulah laporan dampak letusan dari bintik Matahari yang diamati NASA belum lama ini. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Apa Itu Gerak Semu Matahari? Apa Saja Efeknya?
-
Bagaimana Cara Kerja Panel Surya, Kok Bisa Menghasilkan Listrik dari Sinar Matahari
-
Sangking Teriknya, Pria di Depok Goreng Telur Pakai Panas Matahari
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kapan Gerhana Matahari Hibrida Kembali Terjadi di Indonesia
-
Apa Itu Gerhana Matahari Hibrida, Cek Penjelasan Lengkapnya
-
Tata Cara Salat Gerhana, Terdapat Fenomena Gerhana Matahari Hibrida di Indonesia