Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - NASA berencana untuk mempelajari lubang hitam moster yang berada di pusat galaksi Bimasakti. Untuk itu, badan antariksa Amerika Serikan ini sudah menyiapkan caranya.
Yakni menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) atau dikenal juga sebagai teleskop penerus Hubble, NASA akan melakukan pemantauan dan mempelajari lubang hitam moster tersebut.
Di antara banyak tugas yang dijadwalkan untuk tahun pertama misinya, JWST harus bekerja sama dengan Event Horizon Telescope (EHT), rangkaian observatorium global yang menerbitkan foto lubang hitam pertama pada April 2019.
EHT mengulangi prestasi tersebut pada Mei ketika merilis potret pertama Sagitarius A*, lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti.
Baca Juga
Sagitarius A* adalah objek yang rumit untuk dipelajari karena bintik-bintik di sepanjang cakrawala peristiwanya, tiba-tiba menembakkan partikel dengan kecepatan hampir cahaya.
Cakrawala peristiwa lubang hitam adalah titik di mana tidak ada apa pun, bahkan cahaya yang dapat melarikan diri.
Ledakan partikel tersebut dapat terjadi empat atau lima kali sehari, membuat Sagitarius A* menjadi objek yang tidak pasti.
"Kami masih belum tahu bagaimana ledakan ini dihasilkan. Suar adalah partikel seperti sinar kosmik yang bergerak mendekati kecepatan cahaya," kata Farhad Yusef-Zadeh, astronom di Northwestern University yang secara khusus meneliti Sagitarius A*.
Menurutnya, pasti ada sesuatu yang benar-benar mempercepatnya hingga mendekati kecepatan cahaya dan kita masih belum tahu apa itu.
Setiap sura pertama kali terlihat dalam cahaya inframerah, tetapi seiring waktu sinyal membentang menjadi radiasi submilimeter.
Secara kebetulan, itu adalah radiasi submilimeter yang dikumpulkan oleh EHT untuk menghasilkan gambar lubang hitam.
Artinya, para ilmuwan EHT berhasil mendeteksi sinyal lubang hitam yang mendasarinya dan sinyal suar.
Dengan bantuan JWST, teleskop tersebut mampu melakukan pengamatan tanpa gangguan cuaca karena mengorbit pada titik hampir 1,5 juta kilometer dari Bumi.
Dengan titik pandang yang jauh dan pelindung Matahari untuk menjaga instrumennya tetap dingin, JWST mampu mempelajari cahaya inframerah.
Selain itu, Teleskop Luar Angkasa James Webb menawarkan dua instrumen yang secara bersamaan dapat mengumpulkan data dalam dua jenis cahaya inframerah yang berbeda.
Dilansir dari Space.com, Selasa (28/6/2022), pengamatan pada kedua panjang gelombang memungkinkan para ahli untuk membedakan antara Sagitarius A* dan suarnya.
Sebelumya, Teleskop Luar Angkasa Hubble juga telah mempelajari Sagitarius A* dalam inframerah.
Tetapi Hubble hanya dapat memantau satu panjang gelombang pada satu waktu.
Itulah rencana NASA mempelajari lubang hitam monster di pusat galaksi Bimasakti dengan Teleskop Luar Angkasa James Webb. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).
Tag
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan
-
Tim Peneliti NASA Berhasil Identifikasi Pola Perubahan Suhu di Jupiter