Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 28 Juni 2022 | 17:20 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - NASA berencana untuk mempelajari lubang hitam moster yang berada di pusat galaksi Bimasakti. Untuk itu, badan antariksa Amerika Serikan ini sudah menyiapkan caranya.

Yakni menggunakan Teleskop Luar Angkasa James Webb (JWST) atau dikenal juga sebagai teleskop penerus Hubble, NASA akan melakukan pemantauan dan mempelajari lubang hitam moster tersebut.

Di antara banyak tugas yang dijadwalkan untuk tahun pertama misinya, JWST harus bekerja sama dengan Event Horizon Telescope (EHT), rangkaian observatorium global yang menerbitkan foto lubang hitam pertama pada April 2019.

EHT mengulangi prestasi tersebut pada Mei ketika merilis potret pertama Sagitarius A*, lubang hitam supermasif di pusat Bimasakti.

Sagitarius A* adalah objek yang rumit untuk dipelajari karena bintik-bintik di sepanjang cakrawala peristiwanya, tiba-tiba menembakkan partikel dengan kecepatan hampir cahaya.

Cakrawala peristiwa lubang hitam adalah titik di mana tidak ada apa pun, bahkan cahaya yang dapat melarikan diri.

Ledakan partikel tersebut dapat terjadi empat atau lima kali sehari, membuat Sagitarius A* menjadi objek yang tidak pasti.

James Webb Space Telescope. (NASA)

"Kami masih belum tahu bagaimana ledakan ini dihasilkan. Suar adalah partikel seperti sinar kosmik yang bergerak mendekati kecepatan cahaya," kata Farhad Yusef-Zadeh, astronom di Northwestern University yang secara khusus meneliti Sagitarius A*.

Menurutnya, pasti ada sesuatu yang benar-benar mempercepatnya hingga mendekati kecepatan cahaya dan kita masih belum tahu apa itu.

Setiap sura pertama kali terlihat dalam cahaya inframerah, tetapi seiring waktu sinyal membentang menjadi radiasi submilimeter.

Secara kebetulan, itu adalah radiasi submilimeter yang dikumpulkan oleh EHT untuk menghasilkan gambar lubang hitam.

Artinya, para ilmuwan EHT berhasil mendeteksi sinyal lubang hitam yang mendasarinya dan sinyal suar.

Dengan bantuan JWST, teleskop tersebut mampu melakukan pengamatan tanpa gangguan cuaca karena mengorbit pada titik hampir 1,5 juta kilometer dari Bumi.

Dengan titik pandang yang jauh dan pelindung Matahari untuk menjaga instrumennya tetap dingin, JWST mampu mempelajari cahaya inframerah.

James Webb Space Telescope. (NASA)

Selain itu, Teleskop Luar Angkasa James Webb menawarkan dua instrumen yang secara bersamaan dapat mengumpulkan data dalam dua jenis cahaya inframerah yang berbeda.

Dilansir dari Space.com, Selasa (28/6/2022), pengamatan pada kedua panjang gelombang memungkinkan para ahli untuk membedakan antara Sagitarius A* dan suarnya.

Sebelumya, Teleskop Luar Angkasa Hubble juga telah mempelajari Sagitarius A* dalam inframerah.

Tetapi Hubble hanya dapat memantau satu panjang gelombang pada satu waktu.

Itulah rencana NASA mempelajari lubang hitam monster di pusat galaksi Bimasakti dengan Teleskop Luar Angkasa James Webb. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

BACA SELANJUTNYA

12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong