Jum'at, 29 Maret 2024
Cesar Uji Tawakal : Senin, 31 Oktober 2022 | 18:20 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Siapa yang tidak tahu pelangi? Pasti semua orang tahu pelangi. Namun apa kamu tahu bagaimana proses terjadinya pelangi? Pelangi adalah salah satu fenomena alam yang indah dan unik.

Pelangi adalah ilusi optik atau fenomena yang tidak dikendalikan oleh manusia dan muncul ketika ada interaksi sinar matahari, air dan udara.

Pelangi terjadi sebagai hasil interaksi antara sinar matahari, air, dan udara, dan inilah alasan mengapa pelangi paling terlihat ketika ada hari yang cerah dan sedikit hujan.

Pembentukan pelangi melibatkan fenomena fisik, seperti dispersi, pembiasan, pemantulan, dan pemantulan internal total.

Pelangi terbentuk karena sinar matahari dan kondisi atmosfer. Cahaya matahari memasuki tetesan air, lalu melambat, dan membelok saat bergerak dari udara ke air, yang lebih padat.

Cahaya matahari dipantulkan di dalam tetesan yang terpisah menjadi panjang gelombang atau warna pelangi. Ketika cahaya keluar dari tetesan, hal ini menciptakan pelangi.

Hal ini terjadi ketika cahaya matahari bersentuhan dengan tetesan air hujan pada sudut tertentu. Penasaran dengan detail proses terjadinya pelangi? Berikut proses terjadinya pelangi yang tim HiTekno.com rangkum untuk kamu.

Ilustrasi pelangi. (Pexels)

1. Sinar Matahari Bertemu Tetesan Hujan

Agar pelangi terjadi, cahaya putih dari matahari harus mengenai setetes air pada sudut tertentu. Sudut yang terbentuk sangat penting karena menentukan terbentuk atau tidaknya pelangi.

Kebanyakan pelangi terbentuk saat fajar atau sore hari. Ini karena ia bekerja paling baik ketika matahari cukup rendah di langit dan pada sudut yang ideal untuk membentuk pelangi.

2. Sebagian sinar matahari dipantulkan

Ketika matahari mengenai setetes air, cahaya dipantulkan. Ini seperti melihat melalui jendela kaca, tetapi pada saat yang sama Anda dapat melihat bayangan Anda sendiri.

Ini karena jendela memancarkan dan memantulkan cahaya. Begitu juga air.

3. Sisa Cahaya yang dibiaskan

Cahaya yang tidak dibiaskan melambat setelah melewati lapisan batas udara dan air. Ini karena air lebih padat daripada udara.

Penurunan kecepatan menyebabkan pembelokan jalur cahaya yang dikenal sebagai pembiasan. Jadi pelangi selalu membengkok dan menekuk ke arah normal.

4. Cahaya Putih Terurai Menjadi Berbagai Warna

Cahaya putih terdiri dari spektrum warna, masing-masing dengan panjang gelombangnya sendiri. Panjang gelombang yang berbeda bergerak pada kecepatan yang berbeda ketika perubahan terjadi dalam medium padat atau jarang. Kecepatan dipengaruhi oleh perbedaan volume.

Jadi warnanya dipisahkan. Fenomena ini dikenal sebagai dispersi. Inilah sebabnya mengapa pelangi memiliki warna yang berbeda.

5. Cahaya yang dipantulkan di balik tetesan hujan

Ketika cahaya mengenai antarmuka air-udara di belakang tetesan hujan, ia membentuk sudut. Jika sudut datang lebih besar dari sudut kritis, refleksi internal total terjadi dan kita dapat melihat pelangi.

Di sisi lain, jika sudutnya lebih kecil dari sudut kritis, pelangi yang terbentuk tidak akan terlihat.

6. Terjadi pembiasan lebih banyak

Saat cahaya keluar dari rintik hujan, kecepatannya berubah. Pada titik ini, kecepatan cahaya meningkat saat merambat dari medium lebih rapat (air) ke medium kurang rapat (udara).

Peningkatan kecepatan membelokkan gelombang cahaya atau jalur cahaya menjauhi garis normal. Ini adalah contoh lain dari refraksi. Pembiasan ini berkontribusi pada pembentukan pelangi.

7. Bentuk Warna Lebih Menyebar

Ketika cahaya dibiaskan, panjang gelombang yang berbeda dipengaruhi secara berbeda, meningkatkan penciptaan warna cerah pelangi.

Memisahkan lebih lanjut komponen warna cahaya putih dan pembiasan membuat warna dan bentuk tertentu pelangi terlihat melalui hamburan.

Ini adalah deskripsi proses pelangi yang harus Anda ketahui. Semoga informasi ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda.

Kontributor: Pasha Aiga Wilkins

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet