Jum'at, 26 April 2024
Cesar Uji Tawakal : Selasa, 15 November 2022 | 16:12 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Para pemimpin dari negara-negara berkembang menuduh negara-negara kaya dan industri energi memicu perubahan iklim dan menuntut kompensasi atas kerusakan yang ditimbulkannya pada ekonomi mereka.

Sementara perusahaan minyak dan gas menuai keuntungan, negara-negara pulau kecil sedang dihancurkan oleh badai laut yang disebabkan oleh kenaikan permukaan laut, kata mereka.

Dilansir dari Russia Today, pada KTT iklim COP27 di Mesir pekan lalu (8/11/2022), Perdana Menteri Antigua dan Barbuda Gaston Browne mencatat bahwa "industri minyak dan gas terus menghasilkan keuntungan hampir 3 miliar dolar AS setiap hari," sementara "planet ini terbakar."

"Sudah saatnya perusahaan-perusahaan ini dibuat untuk membayar pajak karbon global atas keuntungan mereka sebagai sumber pendanaan untuk kerugian dan kerusakan," tambah Browne.

Negara-negara miskin menunjuk pada kemunafikan rekan-rekan mereka yang lebih kaya, yang merupakan pendukung paling vokal untuk memangkas emisi sementara mereka sendiri menjadi pencemar terbesar setelah satu abad industrialisasi yang didorong oleh bahan bakar fosil.

Ilustrasi banjir. (Pixabay)

Negara-negara berkembang sekarang bertanya bagaimana mereka akan dikompensasi atas banjir dan kekeringan yang dikaitkan dengan perubahan iklim.

"Saya di sini bukan untuk meminta salah satu dari Anda untuk mencintai orang-orang di negara saya dengan semangat yang sama seperti saya," kata perdana menteri Bahama, Philip Davis.

"Saya bertanya apa gunanya bagi Anda untuk memiliki jutaan pengungsi iklim untuk berubah menjadi puluhan juta, memberi tekanan pada sistem politik dan ekonomi di seluruh dunia."

Sementara itu, Presiden Senegal Macky Sall mengakui bahwa ekonomi negaranya tidak dapat segera beralih dari bahan bakar fosil tetapi mengatakan bahwa negara-negara berkembang yang lebih miskin di Afrika membutuhkan peningkatan dana dari negara-negara kaya untuk beradaptasi dengan iklim yang memburuk.

"Mari kita perjelas, kita mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca. Tetapi kami orang Afrika tidak dapat menerima bahwa kepentingan vital kami diabaikan," katanya.

BACA SELANJUTNYA

Gegara Soal Makanan, Indonesia Jadi Salah Satu Penghasil Polusi Udara Terbesar di Dunia