Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Eritromisin adalah jenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati sejumlah infeksi bakteri, dan sampai sekarang, antibiotik tersebut diduga hanya dibuat oleh actinobacteria.
Para peneliti sekarang mengungkapkan hewan yang mulanya dikira tidak mungkin yang mensintesis eritromisinnya sendiri.
Dilansir dari Sputnik News, kerang keras Asiatik (Meretrix petechialis) telah dipergoki oleh para peneliti karena kemampuannya yang bisa membuat eritromisin sendiri.
Kerang mampu mensintesis antibiotik kompleks melalui sel-sel kaya lendir tertentu dalam jaringan mantel luar pelindung mereka.
Baca Juga
Kerang, yang hidup di lingkungan datar lumpur, dapat mensintesis, menyimpan, dan mengeluarkan antibiotik ke habitat yang kaya bakteri tempat tinggalnya.
Sebelum penelitian, para ilmuwan tidak menyadari bagaimana kerang melawan patogen bakteri dalam populasi padat bakteri mereka ketika mereka kekurangan sistem kekebalan berbasis limfosit adaptif.
Para peneliti mulai dengan mencari gen dalam kerang yang mengubah ekspresi mereka sebelum dan sesudah infeksi.
Mereka kemudian mengidentifikasi gen yang mengkode enzim sebagai bagian dari pembentukan senyawa perantara dalam biosintesis eritromisin.
"Penemuan itu membuat kami bertanya-tanya apakah eritromisin disintesis dalam kerang," jelas Xin Yue, seorang ahli biologi kelautan di Chinese Academy of Sciences di Qingdao, yang menambahkan bahwa hewan dapat direkayasa secara genetik untuk membuat antibiotik mereka sendiri, setelah penemuan kerang keras Asiatik.
"Namun, hasil kami menunjukkan bahwa gen penghasil eritromisin di M. petechialis berasal dari garis keturunan hewan dan mewakili evolusi konvergen dengan bakteri," kata Profesor Liu Baozhong, seorang penulis studi yang memimpin tim peneliti dari Institute of Oceanology of the Chinese Academy of Sciences (IOCAS).
"Kami juga mendokumentasikan produksi eritromisin pada spesies terkait, Meretrix lyrate, yang menunjukkan bahwa antibiotik mungkin lebih banyak diproduksi oleh invertebrata laut," kata Yue, penulis pertama studi yang diterbitkan dalam jurnal PNAS pekan lalu.
Margaret McFall-Ngai, yang merupakan ahli dalam interaksi mikroba dengan moluska laut di University of Hawaii, mencatat bahwa invertebrata tidak memiliki sistem kekebalan yang canggih tetapi akan sering "mempertahankan interaksi yang sangat sederhana dengan dunia mikrobaâbaik mereka bergaul dengan beberapa spesies, atau mereka hanya mengatakan tidak".
Tak cuma menarik, penemuan ini juga memberikan wawasan inovatif tentang kemampuan pertahanan lingkungan dan kekebalan invertebrata sebagai sebuah kelompok, serta pandangan pertama pada potensi pembiakan resistensi.
Terkini
- Implan Chip ke Otak Buatan Elon Musk Disetujui FDA, Ngeri-Ngeri Sedap
- Anda Lebih Sering Digigit Nyamuk daripada Orang Lain? Ini Sebabnya
- Apa Itu Gerak Semu Matahari? Apa Saja Efeknya?
- Anak yang Diberi Smartphone Sejak Dini Rentan Alami Masalah Kejiwaan, Menurut Studi
- Bikin Industri China Tak Tunduk Walau Panen Sanksi, Apa Itu RISC-V?
- Deretan Jenis Manusia Purba yang Ada di Indonesia, Ada Apa Saja?
- Apa Perbedaan Solid State Battery dengan Baterai Litium Ion Biasa?
- Sederet Tanda Anda Harus Berhenti Main HP, Waspadai Mata Lelah
- Mengapa Orang Mengalami Nyeri Otot setelah Olahraga?
- Mengenal Rabies: Binatang Apa Saja yang Jadi Sumber Penularan? Apa Gejalanya?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Temukan Mikroba di Kutub yang Bisa Urai Plastik
-
Pertama di Dunia, Ilmuwan Berhasil Ciptakan Transistor dari Kayu
-
Mencairnya Es di Antartika Bakal Bawa Dampak Buruk ke Laut, Ini Sebabnya
-
Ketar-ketir dengan Starlink-nya Elon Musk, China akan Luncurkan 13000 Satelit
-
Ilmuwan Temukan Microplastik di Pembuluh Darah Manusia, Miris
-
Langit Indonesia Akan Dilintasi Komet Langka pada Awal Februari 2023
-
Penjelasan Peneliti BRIN Soal Pulau Baru Muncul di Tanimbar Usai Gempa Maluku
-
Prediksi Badai Dahsyat yang Picu Polemik, Peneliti BRIN Akhirnya Minta Maaf
-
Ilmuwan Ungkap Efek Penggunaan Obat Terlarang pada Tikus, Hasilnya Tak Terduga
-
Ilmuwan Ungkap Efek Tak Terduga yang Dialami Perokok Usia Paruh Baya