Kamis, 28 Maret 2024
Cesar Uji Tawakal : Selasa, 27 Desember 2022 | 13:02 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Temuan para peneliti  menunjukkan bahwa berhenti merokok mungkin memiliki manfaat bagi kesehatan kognitif bagi setengah baya.

Merokok tak cuma menyebabkan efek buruk bagi sistem pernapasan dan kardiovaskular, para peneliti dari Ohio State University memperingatkan bahwa kebiasaan khusus ini juga menimbulkan jenis risiko yang berbeda bagi orang paruh baya.

Dilansir dari Sputnik News, studi yang diterbitkan dalam Journal of Alzheimer's Disease berpendapat bahwa perokok di antara demografis yang disebutkan di atas mungkin menghadapi peluang lebih besar untuk mengalami kehilangan ingatan dan kebingungan daripada mereka yang tidak merokok.

Para peneliti juga menyarankan bahwa kemungkinan penurunan kognitif tampaknya menurun bagi mereka yang sebelumnya merokok tetapi memilih untuk menghentikan kebiasaan buruk ini.

"Asosiasi yang kami lihat paling signifikan pada kelompok usia 45-59 tahun, menunjukkan bahwa berhenti pada tahap kehidupan itu mungkin memiliki manfaat bagi kesehatan kognitif," kata Jeffrey Wing, asisten profesor epidemiologi di Ohio State University's College of Public Health dan rekan penulis studi tersebut.

Setelah menganalisis hasil Survei Sistem Pengawasan Faktor Risiko Perilaku 2019 di Amerika Serikat, para peneliti menetapkan bahwa prevalensi kondisi yang dilaporkan sendiri yang dikenal sebagai penurunan kognitif subjektif (SCD) di antara perokok sekitar 1,9 kali lipat dari mereka yang tidak merokok.

Sementara prevalensi SCD di antara orang-orang yang berhenti merokok lebih dari 10 tahun yang lalu sedikit lebih besar daripada di antara non-perokok, mereka yang berhenti merokok kurang dari satu dekade yang lalu menunjukkan prevalensi SCD 1,5 kali lipat dari non-perokok.

"Temuan ini dapat menyiratkan bahwa waktu sejak berhenti merokok memang penting, dan mungkin terkait dengan hasil kognitif," kata Jenna Rajczyk, mahasiswa PhD di College of Public Health dan penulis utama studi tersebut.

 

BACA SELANJUTNYA

Pakar Ungkap Keresahannya Terkait AI, Bisa Ancam Umat Manusia?