Jum'at, 29 Maret 2024
Cesar Uji Tawakal : Kamis, 09 Maret 2023 | 18:07 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Deepfakes, yang dipopulerkan pada tahun 2017, menggunakan teknologi pembelajaran mesin untuk menempelkan wajah seseorang ke tubuh orang lain dengan cara yang realistis yang kini marak digunakan untuk tujuan hiburan dan pornografi.

Namun lebih dari itu, dilansir dari Sputnik News, Komando Operasi Khusus AS (SOCOM) meminta perusahaan untuk mengembangkan teknologi yang akan memungkinkan mereka untuk membuat deepfake yang realistis dan meretas perangkat yang terhubung ke internet yang memungkinkan mereka untuk memata-matai populasi asing untuk menentukan jenis propaganda apa yang paling efektif.

Ironisnya, hal ini terjadi ketika politisi dan pejabat AS getol mendengungkan isu dugaan mata-mata oleh China melalui aplikasi media sosial seperti TikTok dan peringatan bahwa teknologi deepfake menimbulkan ancaman eksistensial bagi demokrasi.

Deepfake aplikasi Zao. (Twitter/@AllanXia)

Sementara itu, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dan Pentagon telah menghabiskan puluhan juta dolar untuk mendeteksi teknologi deepfake.

Pada sidang Komite Intelijen Senat 2018, Senator Marco Rubio (R-FL) menyebut teknologi deepfake sebagai "gelombang serangan berikutnya terhadap Amerika dan demokrasi Barat."

Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional untuk tahun fiskal 2021 juga menyebutkan teknologi deepfake sebagai ancaman, mengarahkan Pentagon untuk melakukan "penilaian intelijen terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh pemerintah asing dan aktor non-negara yang menciptakan atau menggunakan media yang dimanipulasi mesin (umumnya disebut sebagai 'deepfakes')."

Dan pada tahun 2020, dilaporkan bahwa SOCOM sendiri sedang mengembangkan teknologi deepfake.

BACA SELANJUTNYA

Apa yang Bisa Dilakukan AI pada Samsung Galaxy S24 Series