Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Deepfakes, yang dipopulerkan pada tahun 2017, menggunakan teknologi pembelajaran mesin untuk menempelkan wajah seseorang ke tubuh orang lain dengan cara yang realistis yang kini marak digunakan untuk tujuan hiburan dan pornografi.
Namun lebih dari itu, dilansir dari Sputnik News, Komando Operasi Khusus AS (SOCOM) meminta perusahaan untuk mengembangkan teknologi yang akan memungkinkan mereka untuk membuat deepfake yang realistis dan meretas perangkat yang terhubung ke internet yang memungkinkan mereka untuk memata-matai populasi asing untuk menentukan jenis propaganda apa yang paling efektif.
Ironisnya, hal ini terjadi ketika politisi dan pejabat AS getol mendengungkan isu dugaan mata-mata oleh China melalui aplikasi media sosial seperti TikTok dan peringatan bahwa teknologi deepfake menimbulkan ancaman eksistensial bagi demokrasi.
Sementara itu, Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) dan Pentagon telah menghabiskan puluhan juta dolar untuk mendeteksi teknologi deepfake.
Baca Juga
Pada sidang Komite Intelijen Senat 2018, Senator Marco Rubio (R-FL) menyebut teknologi deepfake sebagai "gelombang serangan berikutnya terhadap Amerika dan demokrasi Barat."
Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional untuk tahun fiskal 2021 juga menyebutkan teknologi deepfake sebagai ancaman, mengarahkan Pentagon untuk melakukan "penilaian intelijen terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh pemerintah asing dan aktor non-negara yang menciptakan atau menggunakan media yang dimanipulasi mesin (umumnya disebut sebagai 'deepfakes')."
Dan pada tahun 2020, dilaporkan bahwa SOCOM sendiri sedang mengembangkan teknologi deepfake.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
-
Apa yang Bisa Dilakukan AI pada Samsung Galaxy S24 Series
-
Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
-
Qualcomm Bahas Hybrid AI, Dapat Menghasilkan Karya Digital dan Banyak Manfaat
-
Peran MCU 8-bit dalam Mendorong Kemajuan Teknologi Pertanian Pintar
-
Deretan Orang Terkaya di Dunia 2023: Posisi Elon Musk Digusur Juragan Louis Vuitton
-
Lazada Punya Fitur Chatbot Berbasis ChatGPT, Namanya LazzieChat
-
Startup Asal Yogyakarta Hadirkan Fitur Monitoring Kesehatan untuk Pecinta Olahraga Lari
-
Apakah Layar OLED Lebih Mudah Rusak Dibanding IPS LCD?
-
AS akan Batasi Investasi ke Perusahaan Teknologi China