Sabtu, 20 April 2024
Cesar Uji Tawakal : Senin, 13 Maret 2023 | 17:51 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Permafrost mencakup seperlima dari Belahan Bumi Utara, termasuk bagian dari Alaska, Kanada, dan Rusia. Kombinasi dingin, kekurangan oksigen, dan cahaya memungkinkan sisa-sisa organisme hidup bertahan dengan baik di lapisan es. Virus mungkin juga termasuk di antara organisme ini.

Dilansir dari Sputnik News, sebuah tim ilmuwan yang dipimpin oleh Profesor Jean-Michel Claverie dari Universitas Aix-Marseille Prancis telah menentukan bahwa virus purba yang dihidupkan kembali yang ditemukan di lapisan es masih bisa terbukti berbahaya bagi hewan dan manusia.

Sejumlah virus purba diidentifikasi dalam sampel permafrost yang diambil dari tujuh wilayah berbeda di Siberia. Yang tertua bertanggal 48.500 tahun. Itu ditemukan dalam sampel tanah yang diekstraksi dari danau bawah tanah pada kedalaman 16 meter.

Virus termuda, yang diperkirakan berasal dari sekitar 27.000 tahun yang lalu, ditemukan di bangkai mammoth berbulu.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi lima keluarga baru virus archaeal, selain dua yang sudah diketahui. Menggambarkan patogen sebagai "virus zombie," para peneliti telah memperingatkan kemungkinan ancaman terhadap kesehatan masyarakat.

"Kami memandang virus yang menginfeksi amuba ini sebagai pengganti semua kemungkinan virus lain yang mungkin ada di lapisan es," kata Claverie kepada media AS.

"Kami melihat jejak banyak, banyak, banyak virus lainnya. Jadi kami tahu mereka ada di sana. Kami tidak tahu pasti bahwa mereka masih hidup.

Tetapi alasan kami adalah bahwa jika virus amuba masih hidup, tidak ada alasan mengapa virus lain tidak akan tetap hidup, dan mampu menginfeksi inangnya sendiri."

Dalam beberapa tahun terakhir, para ilmuwan semakin berbicara tentang ancaman yang ditimbulkan oleh virus dan bakteri kuno yang disimpan dalam lapisan es selama puluhan ribu tahun.

Namun, sekarang setelah lapisan es mencair, patogen kemungkinan akan dilepaskan ke atmosfer dengan konsekuensi yang tidak diketahui.

"Risikonya pasti akan meningkat dalam konteks pemanasan global," kata Claverie, "di mana pencairan lapisan es akan terus meningkat, dan lebih banyak orang akan mengisi Arktik setelah usaha industri."

Studi, "An Update on Eukaryotic Viruses Revived from Ancient Permafrost," diterbitkan dalam edisi Februari Virus.

BACA SELANJUTNYA

Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang