Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Planet Bumi pernah dingin jutaan tahun yang lalu sehingga permukaannya ditutupi es selama beberapa waktu.
Namun, penelitian terbaru oleh para ilmuwan Cina menunjukkan bahwa kondisi "pembekuan" mungkin lebih ringan daripada yang diyakini sebelumnya.
Dilansir dari Russia Today, mereka menemukan bukti bahwa permukaan planet kita saat itu mungkin terdiri dari daerah "lumpur" atau lautan terbuka yang tidak membeku, yang memungkinkan oksigen melewatinya dan menciptakan habitat bagi organisme hidup seperti rumput laut multiseluler.
Temuan ini membantah teori lama "Bumi Bola Salju" yang mengklaim bahwa permukaan Bumi tertutup es secara total selama periode Cryogenian sekitar 650 juta tahun yang lalu.
Baca Juga
Penelitian sebelumnya berpendapat bahwa daerah layak huni seperti itu hanya terdapat di lautan tropis, tetapi penelitian ini menunjukkan bahwa daerah tersebut lebih luas dari yang diperkirakan sebelumnya, meluas ke lautan lintang tengah.
Studi ini membuktikan bahwa lautan dunia pada saat itu tidak sepenuhnya beku dan memberikan lingkungan yang layak untuk organisme hidup.
"Kami menemukan bukti kondisi bebas es di paleolatitudes tengah-utara (lokasi sebelum pergeseran benua). Sampai sekarang, daerah bebas es telah diidentifikasi hanya di daerah peri-khatulistiwa," Huyue Song, ahli geobiologi Universitas Geosains China dan penulis utama studi tersebut, mengatakan kepada media.
"Studi kami menunjukkan bahwa, setidaknya menjelang akhir peristiwa 'Bumi Bola Salju' Marinoan, daerah layak huni meluas ke lautan lintang tengah, jauh lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya. Penelitian sebelumnya berpendapat bahwa daerah layak huni seperti itu, paling banter, hanya ada di lautan tropis. Daerah yang lebih luas dari lautan layak huni lebih baik menjelaskan di mana dan bagaimana organisme kompleks seperti rumput laut multiseluler bertahan," tambah Song.
Terkini
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
- Status Pandemi Covid-19 Dicabut, Ini Perbedaan Pandemi dan Endemi
- Digandrungi Artis, Ini 5 Efek Samping Operasi Bariatrik
Berita Terkait
-
Gandeng Lonely Planet, Realme 11 Pro Series 5G Siap Rilis ke Indonesia
-
Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
-
Nggak Nyangka, Ternyata Ini Alasan Kucing Suka sama Kardus
-
Info Gempa Bumi Terkini, Malam Ini, Magnitudo 6,1, Lokasi Barat Daya Pacitan, Tidak Berpotensi Tsunami
-
Peneliti Ungkap Rahasia untuk Berkomunikasi dengan Kucing, Ini Kuncinya
-
Anda Lebih Sering Digigit Nyamuk daripada Orang Lain? Ini Sebabnya
-
Microsoft Terbitkan Makalah Penelitan tentang AI, Mampu Ungguli Manusia?
-
Ilmuwan Ungkap Planet Berkabut, Wujud Mirip Neptunus