Selasa, 16 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia : Minggu, 23 Desember 2018 | 15:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Seismometer adalah alat atau sensor getaran yang biasanya digunakan untuk mendeteksi gempa bumi. Hasil dari rekaman alat ini biasanya disebut sebagai seismogram.

Asal mula istilah seismometer adalah seismos dan metero yang merupakan bahasan Yunani. Seismos berarti gempa bumi sedangkan metero berarti mengukut.

Seismometer ini mengukur gempa dengan 2 jenis pengukuran, yaitu pengukuran besaran gempa dan pengukuran intensitas gempa.

Jika skala pengukuran besaran gempa adalah skala richter, maka skala pengukuran untuk intensitas gempa adalah skala mercali. Salah satu yang paling sering digunakan adalah skala richter yang diperoleh dari hasil pengamatan seismogram hasil seismometer.

Alat ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 132 SM oleh matematikawan Dinasti Han bernama Zhang Heng.

Pada zaman tersebut, fenomena gempa menjadi salah satu hal yang membuat masyarakat ketakutan. Zhang Heng lalu meneliti kejadian tersebut dan membuat alat yang dapat memprediksi kapan gempa terjadi.

Seismometer kuno. (Wikipedia/Kowloonese)

Bentuk alat ini mirip dengan guci dengan ornamen naga yang terhubung pada batang tembaga yang menghadap ke delapan arah mata angin.

Saat terjadi getaran gempa, batang tembaga tersebut akan menggerakan ornamen naga sehingga butiran tembaga pada mulut naga akan keluar menuju ornamen katak yang berada di bawah ornamen naga. Butiran tembaga yang ditangkap ornamen katak ini yang akan menunjukan lokasi titik gempa.

Seiring berjalannya waktu, seismometer ini lalu berkembang hingga Eropa dan Amerika. Seorang ahli geologi dari Inggris bernama John Milne berhasil menemukan seismometer modern untuk mencatat gempa horizontal di sepanjang lempeng tektonik.

Alat ini lalu dikembangkan lagi oleh Press Ewing, hasilnya lalu digunakan di berbagai belahan benua di dunia hingga sekarang.

Berdasarkan fungsinya, seismometer dikelompokkan menjadi dua yaitu seismometer horizontal dan vertikal. Di Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) biasanya memasang kedua alat ini dengan susunan satu seismometer horizontal dan dua pasang seismometer vertikal. Pemasangan ini dibuat untuk memprediksi dari arah mana gempa bumi tersebut akan terjadi.

Cara kerja seismometer modern ini layaknya sebuah beban yang tergantung pada kawat pegas. Beban tersebut lalu dipasang pensil yang menempel pada gulungan kertas yang dapat berputar.

Seismometer. (Wikipedia/GFDL)

Gerakan beban dan kawat pegas ini bergantung pada pergerakan yang terjadi di permukaan Bumi. Jika tidak ada getaran, pegas tersebut tidak akan bergerak.

Biasanya saat gempa bumi terjadi, getaran yang dihasilkan adalah gerakan vertikal. Pegas ini lalu akan bergerak naik dan turun sehingga pensil pada beban akan menggoreskan garis-garis pada gulungan kertas yang berputar.

Jika tidak ada pergerakan di permukaan Bumi, pegas ini juga tidak akan mencatat gerakan apapun.

Namun, seismometer ini masih kalah canggih dengan alat yang diperbaharui dan digunakan sekarang. Menggunakan seismometer digital, alat ini sudah tidak lagi membutuhkan pena, melainkan menggunakan komputer.

Selain itu, alat ini juga mampu merekam getaran buatan manusia seperti ledakan dinamit, gelombang laut yang menerjang pantai, hingga pergerakan pohon yang tertiup angin laut.

Gimana, sudah cukup mengenal seismometer sebagai alat pengukur getaran tanah untuk mendeteksi gempa?

BACA SELANJUTNYA

Gempa Magnitudo 6,4 Guncang Garut, Lebih dari 12 Wilayah Ini Merasakan Getarannya