Minggu, 28 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia : Minggu, 23 Desember 2018 | 14:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Indonesia baru saja dihantam musibah dengan terjadinya tsunami di Selat Sunda dan daerah pantai di kawasan Kabupaten Pandeglang, Serang, dan Lampung Selatan pada Sabtu (22/12/2018) pukul 21.27 WIB. Diduga, tsunami ini terjadi karena longsor bawah laut.

Hal ini disampaikan oleh Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB dalam akun Twitter pribadinya.

Menurutnya, penyebab terjadinya tsunami ini kemungkinan adalah karena longsor bawah laut yang terjadi karena pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau. Selain karena longsor bawah laut, tsunami ini juga diduga terjadi karena gelombang tinggi.

Jika Sutupo Purwo Nugroho menyebut tsunami di Selat Sunda terjadi akibat longsor bawah tanah, lalu bagaimana sebenarnya proses terjadinya longsor satu ini?

Menurut para ahli, tsunami memang bisa terjadi dan dipicu oleh longsoran, Hal ini disebut sebagai tsunamigenic submarine landslide.

Tsunami Selat Sunda. (twitter/Sutopo_PN)

Melihat dari bagaimana longsor terjadi, dapat disimpulkan bahwa longsor laut dan longsor yang terjadi di darat adalah hal yang sama, yaitu saat adanya penumpukan pasir yang memiliki sudut kritis dan semakin hari akan semakin menipis dan menyebabkan runtuhan. Dalam ilmu geomorfologi, hal ini dikenal dengan nama ''angle of repose''.

Pada tsunami Palu yang baru saja terjadi pada Agustus 2018 lalu, para peneliti juga menemukan bahwa hal ini dipicu oleh duet antara longsoran bawah tanah dan gempa bermagnitudo 7,4 SR.

Jauh sebelum itu, pada tsunami Aceh Desember 2004, Angkatan Laut Inggris yang melakukan survey pemetaan kedalaman dasar laut berhasil menemukan teori barunya.

Dalam sebuah gambar yang dirilis, terlihat adanya beberapa bukit yang terbangun. Sedangkan bagian lainnya menunjukan adanya longsoran bukit besar yang bergeser turun ke bawah.

Hal ini lalu semakin menguatkan pendapat mengenai terjadinya duet antara longsor bawah laut dan dislokasi patahan yang kemudian membuat terjadinya tsunami Aceh.

Gempa dan tsunami Palu dan Donggala. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Secara kedudukan, sudut kritis dari dasar laut yang berada di ujung adalah bagian paling rawan. Apabila lereng sudut kritis ini berada di jalur gempa, sudah tentu akan sering terjadi longsor ketika ada sebuah getaran kecil yang mengganggu.

Dari kedudukan pulau-pulau Indonesia, Selat Makassar adalah salah satu bagian yang cukup sering terjadi tsunami akibat longsor bawah laut.

Secara geografis, Indonesia memang dikenal sebagai negara kepulauan dengan dua pertiga luas lautan lebih besar daripada daratan. Perpaduan antara gunung api dan negara kepulauan, memang membuat Indonesia rentan terhadap ancaman gempa dan tsunami.

Selain ancaman gunung api, rupanya kedudukan dasar laut perairan Indonesia juga cukup berpengaruh untuk berbagai gempa dan tsunami yang terjadi. Salah satunya adalah longsor bawah tanah yang bisa saja mengakibatkan tsunami dahsyat. Kirimkan doa untuk korban bencana tsunami di Selat Sunda ini ya.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Ungkap Adanya Mega-Tsunami di Masa Lalu yang Picu Kepunahan Besar-besaran