Selasa, 16 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia : Jum'at, 11 Januari 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Kecanggihan teknologi saat ini memang hadir dengan berbagai kejutannya. Semakin canggih, kini teknologi bahkan sedang dikembangkan agar mampu memprediksi sesuatu. Belum lama ini, para ilmuwan menemukan teknologi artificial intelligence yang mampu mendeteksi penyakit alzheimer dengan lebih cepat.

Ilmuwan dari University of California San Fransisco ini mendapat hasilnya dari penelitian untuk mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan untuk mendeteksi penyakit alzheimer enam tahun lebih cepat sebelum ada diagnosis pastinya.

Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Radiology milik Jae Ho Sohn. Seorang anggota peneliti dari University of California San Fransisco.

Penelitian ini dilakukan dengan mengombinasikan neuroimaging atau pemindaian otak dengan teknologi machine learning. Hasilnya dapat memprediksi apakah pasien tersebut menderita alzheimer atau tidak.

Cara mendeteksinya dengan melakukan pemindaian Positron Emission Tomography (PET) yang mampu mengukur tingkat molekul spesifik seperti glukosa dalam otak.

Ilustrasi pasien. (pixabay/Parentingupstream)

Menurut studi ini, glukosa disebut sebagai 'bensin' utama dalam jaringan otak. Semakin aktif jaringan tersebut maka semakin banyak glukosa yang digunakan.

Jika jaringan otak diserang penyakit dan mati, maka hal tersebut berarti bahwa glukosa di dalam otak sama sekali tidak digunakan.

Hal ini sama dengan saat otak diserang oleh alzheimer, penyakit ini mampu mengurangi tingkat glukosa pada otak. Namun karena berkembang dengan sangat lambat, maka perubahan tingkat glukosa juga akan sangat sulit dideteksi dengan mata telanjang.

Untuk menangani hal ini, Jae Ho Sohn menggunakan algoritma machine learning pada pemindaian PET yang ia lakukan. Hal ini bertujuan untuk membuat diagnosis tersebut semakin dapat dipercaya.

Dalam proses untuk melatih algoritma machine learning tersebut, Jae Ho Sohn menggunakan foto yang berasal dari Alzheimer's Disease Neuroimaging Initiative (ADNI) yang memiliki data publik besar terkait pemindaian PET pada pasien.

Algoritma mesin ini yang kemudian akan menganalisis foto tersebut untuk memprediksi diagnosis penyakit alzheimer.

Ilustrasi otak. (New York Post)

Hasilnya, algoritma ini mampu mengidentifikasi dengan benar pada 92 persen pasien yang terpapar penyakit alzheimer dalam pengujian pertama dan 98 persen di pengujian kedua.

Prediksi ini dibuat dalam rata-rata 75,8 bulan, yang berarti teknologi dan cara ini mampu memprediksi enam tahun lebih cepat sebelum pasien menerima diagnosis akhir mengenai alzheimer.

Usai memprediksi, tahap selanjutnya adalah dengan menguji dan mengkalibrasi algoritma tersebut dalam kumpulan data yang lebih besar dan beragam dari berbagai rumah sakit hingga negara.

Jika dalam penelitian lebih lanjut algoritma dengan perpaduan teknologi artificial intelligence ini mampu memprediksi alzheimer lebih cepat, maka hal tersebut bisa dipakai oleh para neurolog untuk memberikan perawatan lebih dini.

BACA SELANJUTNYA

Qualcomm Bahas Hybrid AI, Dapat Menghasilkan Karya Digital dan Banyak Manfaat