Rabu, 17 April 2024
Agung Pratnyawan : Senin, 21 September 2020 | 11:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pemerintah Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump mempertanyakan keamanan data pengguna layanan dan perusahaan yang berhubungan dengan China.

Tidak hanya TikTok yang memang berasal dari China, sejumlah perusahaan dalam negeri AS juga mendapatkan sorotan soal keamanan data pengguna.

Dikutip HiTekno.com dari Gamerant, administrator Donald Trump mulai menanyakan soal hal tersebut kepada dua perusahaan game ternama yang memiliki hubungan dengan Tencent Game.

Yakni Epic Games dan Riot Games, yang sejumlah sahamnya dimiliki oleh Tencent. Bahkan raksasa teknologi asal China ini memiliki bagian yang tidak sedikit di kedua perusahaan ini.

Sebagai informasi, Epic Games adalah pengembang di balik Fortnite. Sedangkan Riot Games adalah developer yang menggarap league of Legends dan Valorant.

Logo Epic Games Store. (YouTube/ Epic Games)

Penyelidikan administrator Donald Trump ini dilakukan usai pemberian sanksi terhadap Tencent terkait aplikasi pesan WeChat.

Hasil penyelidikan AS, aplikasi pesan WeChat tersebut ditengarai melakukan pengumpulan data pengguna. Sehingga keamanannya diragukan.

Tak hanya itu, ada pula TikTok yang disebut telah mengumpulkan data pengguna. Penyelidikan tidak berhanti di sini, yang kini mulai menyasar hal lain.

CFIUS atau komite investasi asing di AS telah menanyakan pada Riot Games dan Epic Games dalam menangani data pribadi para warga AS.

Namun sampai saat ini, pemerintah AS memang belum menyasar Fortnite maupun League of Legends, namun bukan berati aman untuk di masa depan.

League of Legends. (Riot Games)

Setelah menyasar dan memblokir TikTok hingga WeChat, tidak menutup kemungkinan akan menyasar dua game populer tersebut karena adanya kaitan dengan Tencent.

Terlebih Donald Trump memang sedang mengincar layanan-layanan dan perusahaan asal China, terkait keamanan data warga AS.

BACA SELANJUTNYA

Pakar Keamanan Siber Temukan Celah di Sistem Centang Biru Baru Gmail