Senin, 06 Mei 2024
Rendy Adrikni Sadikin : Kamis, 22 Maret 2018 | 16:43 WIB

Hitekno.com - Facebook sebagai jaringan media sosial terbesar menyita perhatian dunia ini terjadi setelah isu pencurian lebih dari 50 juta data penggunanya.

Betapa tidak, konsultan politik di London, Cambridge Analytica dilaporkan mengakses puluhan juta data itu untuk kampanye pemenangan Donald Trump di Pemilihan Umum Presiden Amerika Serikat tahun 2016.

Pada Rabu 21 Maret 2018, Mark Zuckerberg selaku pendiri dan CEO Facebook akhirnya buka suara.

Dalam wawancaranya dengan CNN, Zuckerberg menyampaikan permintaan maaf terkait penyalahgunaan data Facebook tersebut.

“Ini adalah pelanggaran kepercayaan yang besar dan saya benar-benar menyesal ini terjadi.” Ujar Zuckerberg.

Kedepannya ia berjanji hal seperti ini tidak akan terjadi lagi.

Zuckerberg juga menyampaikan rencananya untuk melakukan penyelidikan terhadap ribuan aplikasi pihak ketiga yang menggunakan platform Facebook dan akan membatasi akses pengembang tersebut ke data pengguna Facebook.

Ia juga berencana untuk membuat alat yang memungkinkan pengguna untuk dapat menonaktifkan akses ke data Facebook pribadi mereka dengan lebih mudah.

Dia menambahkan bahwa ia terbuka untuk peraturan pemerintah dan akan dengan senang hati untuk bersaksi di hadapan Kongres AS jika dibutuhkan.

“Kami memiliki tanggung jawab untuk melindungi data Anda, dan jika kami tidak bisa maka kami tidak pantas untuk melayani Anda,” tulis Zuckerberg di laman Facebook pribadi miliknya.

Skandal Cambridge Analytica yang berimbas pada Facebook ini terkuak setelah mantan karyawan Cambridge Analytica, Christopher Wylie mengaku pada saluran televisi Kanada, CBS, bahwa perusahaan tersebut menggunakan data-data pribadi yang didapatkan tanpa persetujuan, salah satunya data pengguna Facebook.

Hitekno.com/Amelia Prisilia

BACA SELANJUTNYA

Proyek Metaverse Telan Banyak Biaya, Induk Facebook Kehilangan Puluhan Triliun Rupiah