Minggu, 28 April 2024
Dinar Surya Oktarini : Sabtu, 16 Maret 2019 | 08:15 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Setelah insiden penembakan brutal masjid yang terjadi di New Zealand dan disiarkan secara langsung di Facebook, video tersebut dengan cepat menyebar ke platform YouTube.

Pihak YouTube segera menghapus video tersebut, namun nyatanya banyak yang mengunggah ulang video tersebut.

Bahkan unggahan ulang tersebut makin banyak bermunculan, hal ini membuat pengamat bertanya-tanya apakah YouTube memiliki alat otomatis yang dapat mengidentifikasi konten yang dilindungi hak cipta?

Unggahan ulang video yang utama telah berhasil diblokir YouTube, tetapi video yang berisi klip rekaman yang terus muncul harus ditinjau oleh manusia bukan mesin otomatis.

Hal itu merupakan bagian dari proses untuk memastikan video tersebut merupakan cuplikan dari video yang diblokir.

Dilansir dari laman The Verge, tim keamanan YouTube menganggapnya sebagai tindakan penyeimbang.

Tim YouTube sendiri memiliki alat untuk melindungi hak cipta, Conten ID, tetapi mesin hanya memblokir video yang diunggah ulang.

YouTube FanFest 2018. (HiTekno.com/Dinar Surya Oktarini)

Namun lain lagi cerita jika video tersebut haru di diedit atau dihapus, jika video sudah diedit maka alat otomatis tersebut akan menandainya ke tim bagian pengecekan yang dilakukan manual oleh manusia, baik itu karyawan penuh waktu YouTube atau kontraktor.

Merekalah nanti yang akan menentukan apakah video tersebut melanggar kebijakan perusahaan atau tidak.

YouTube juga memiliki sistem untuk segera menghapus pornografi anak dan konten terkait terorisme dengan menyelidiki rekaman menggunakan sistem hash.

Tetapi sistem tersebut rupanya tidak diiterapkan dalam kasus-kasus seperti ini, karena potensi untuk nilai berita.

YouTube menganggap menghapus video yang memiliki nilai berita sama berbahayanya.

Platform berbagi video ini memang melarang rekaman yang akan membuat jijik penonton, namun jika hal itu digunakan untuk tujuan berita, YouTube mengatakan rekaman itu diperbolehkan tetapi mungkin dibatasi usia untuk melindungi penonton yang lebih muda.

Masalah lainnya adalah bahwa sistem ID Konten YouTube tak dibuat untuk menangani acara berita terkini.

Dikutip dari The Verge, Rasty Turex, CEO Pex, platform analitik video juga sedang mengerjakan alat untuk mengidentifikasi konten yang diunggah atau dicuri.

''Alat ID Konten YouTube membutuhkan waktu beberapa menit, atau kadang-kadang bahkan berjam-jam untuk mendaftarkan konten.'' kata Turek.

Itu sebabnya siarang langsung dianggap paling berisiko tinggi di YouTube, pasalnya pengguna yang melakukan siaran langsung tertangkap akan kehilangan Content ID begitu siaran langsung selesai.

Untuk saat ini, YouTube sedang fokus untuk menyisir semua video yang muncul dengan metadata dan gambar serupa yang ditemukan dalam siaran langsung insiden penembakan di New Zealand, pihaknya akan menentukan apakah video tersebut layak disiarkan atau melanggar aturan.

BACA SELANJUTNYA

Postingan Atta Halilintar Soal Teror New Zealand Dihujat, Reza Arap Dipuji