Sabtu, 27 April 2024
Agung Pratnyawan : Kamis, 18 April 2019 | 16:04 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Berapa biaya yang kamu habiskan untuk mendapatkan akses internet. Tahukah kamu, tarif internet Indonesia masih tergolong mahal dibandingkan negara lain di Asia Tenggara.

Seiring dengan jumlah pengguna internet di Indonesia yang kian bertambah, kebutuhan internet bagi pengguna rumahan juga semakin meningkat.

Namun, banyak yang beranggapan jika tarif layanan Internet di Indonesia masih terbilang mahal dan lambat. Benarkah demikian?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, portal diskon CupoNation Indonesia menganalisa tarif dan kecepatan internet berbasis fiber yang ditawarkan oleh beberapa negara di Asia Tenggara dan berikut hasilnya:

Negara yang mampu memberikan layanan internet dengan kecepatan tinggi di Asia Tenggara

Ilustrasi kecepatan internet. (Pixabay)

Setiap negara memiliki kecepatan internet yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti infrastruktur, kondisi geografis dan sebagainya.

Biasanya penyedia layanan internet menawarkan paket internet dengan kecepatan koneksi mulai dari 3 Mbps hingga 2 Gbps.

Namun negara yang mampu memberikan kecepatan koneksi internet hingga 2 Gbps masih sangat terbatas terutama di Asia tenggara.

Berdasarkan hasil studi, Singapura merupakan satu-satunya negara di Asia tenggara yang mampu menawarkan koneksi internet berbasis fiber dengan kecepatan maksimal hingga 2 Gbps.

Berikut adalah negara yang menawarkan koneksi internet berbasis home fiber yang diurut berdasarkan kecepatan tertinggi yaitu:

  1. Singapura -- 2 Gbps
  2. Malaysia -- 1 Gbps
  3. Filipina -- 1 Gbps
  4. Thailand -- 500 Mbps
  5. Indonesia -- 200 Mbps
  6. Kamboja -- 30 Mbps

 

Negara yang menawarkan biaya bandwidth per Mbps termurah di Asia Tenggara

Ilustrasi jaringan internet. (unsplash/ Thomas Jensen)

Tarif layanan & paket internet yang ditawarkan oleh sejumlah internet provider bervariasi dan sesuai dengan tingkat kecepatan koneksi yang diberikan.

CupoNation melakukan studi untuk mengetahui kisaran harga per Mbps untuk setiap negara yang masuk dalam daftar survei.

Tarif internet per Mbps di survei berdasarkan 13 internet provider terbesar di 6 negara Asia Tenggara, seperti Singtel di Singapura, UniFi di Malaysia, dan IndiHome di Indonesia.

Berdasarkan hasil studi, semakin tinggi kecepatan koneksi yang ditawarkan maka biaya bandwidth per Mbps yang dikenakan akan semakin rendah.

Berikut adalah rincian dari kisaran tarif koneksi internet per Mbps di 6 negara Asia Tenggara:

  1. Singapura -- Rp.325 hingga Rp.628 per Mbps
  2. Malaysia -- Rp. 677 hingga Rp. 8959 per Mbps
  3. Thailand -- Rp. 1080 hingga Rp. 7,487 per Mbps
  4. Filipina -- Rp. 2,602 hingga Rp. 35,586 per Mbps
  5. Indonesia -- Rp. 14,895 hingga Rp. 43,500 per Mbps
  6. Kamboja -- Rp. 18,769 hingga Rp. 70,385 per Mbps

Berdasarkan hasil studi, Singapura merupakan negara yang memiliki tarif bandwidth termurah yakni Rp. 325 per Mbps dan kecepatan maksimal hingga 2 Gbps.

Perusahaan telekomunikasi asal Singapura, Singtel, menawarkan paket internet berkecepatan maksimal 2 Gbps dengan tarif SGD 61.90 per bulan atau setara dengan Rp. 735,169 (Rp. 325 per Mbps)

Dari 6 negara Asia Tenggara yang disurvei, negara yang memiliki tarif bandwidth termahal adalah Kamboja yakni Rp 18,769 per Mbps.

Sinet, salah satu internet provider terbesar di Kamboja menawarkan paket internet berkecepatan maksimal hingga 30 Mbps dengan tarif 40 AS dollar atau setara dengan Rp. 563,080 (Rp. 18,769 per Mbps).

Tarif Internet di Asia Tenggara. (CupoNation).

Dalam studi ini, kisaran biaya kecepatan koneksi internet per Mbps dihitung berdasarkan tarif bulanan dan kecepatan koneksi yang ditawarkan oleh masing-masing provider.

13 Internet provider yang dimasukkan dalam studi ini dipilih berdasarkan penyedia layanan internet terbesar di masing-masing negara.

Terkumpulan data kisaran tarif internet Indonesia dan enam negara Asia Tenggara lainnya.

BACA SELANJUTNYA

Asia Tenggara Lebih Ramah Terhadap Adopsi Kripto, Ini Penyebabnya