Jum'at, 19 April 2024
Dinar Surya Oktarini : Jum'at, 01 November 2019 | 17:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Media sosial Twitter baru-baru ini mengungkapkan telah menghapus sebanyak 115.861 akun yang diduga mempromosikan terorisme.

Pada laporan transparansi enam bulan antara Januari hingga Juni, Twitter menyatakan jumlah permintaan dari pemerintah untuk data pengguna berada pada rekor tertinggi.

Dilansir dari laman Tech Crunch, dalam jangka waktu tersebut terdapat 7.300 permintaan. Jumlah ini meningkat sebanyak 6 persen dari tahun sebelumnya.

Dari jumlah pemerintah yang meminta data pengguna, Amerika Serikat jadi negara dengan permintaan terbanyak.

Ilustrasi Twitter. (Pixabay/edar)

Hanya periode Januari hingga Juni, negara tersebut memasukkan 2120 permintaan dari 4150 akun.

Padahal Jepang hanya memiliki 1742 akun dari permintaan 2445 akun.

Media Sosial milik Jack Dorsey ini mengungkapkann terdapat tiga surat keamanan nasional atau nasional security letters (NSLs) yang bisa memaksa perusahaan menyerahkan data non-konten pada FBI, tetapi surat tersebut tak disetuji hakim.

Laporan tersebut mengungkapkan adanya kenaikan jumlah informasi pribadi, media sensitif hingga konten mengandung kebencian.

Karena hal tersebut, Twitter mengklaim media sosialnya terus mengambil tindakan.

Selain menghapus ratusan ribu akun yang mempromosikan terorisme, Twitter juga menghapus 244.188 akun yang melakukan pelanggaran berkaitan eksploitasi seksual pada anak.

BACA SELANJUTNYA

Lihat Goyangan Tubuh Lesti Kejora saat Main Voli, Netizen Malah Ketar-ketir