Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Seorang karywan Google yang sudah bekerja selama 11 tahun memutuskan untuk meninggalkan jabatannya sebagai kepala hubungan internasional bulan April lalu dan memberikan pernyataan mengejutkan mengenai sistem kerja di sana.
Pada wawancara Kamis lalu, mantan eksekutif Google, Ross LaJeunesse menuduh perusahaan raksasa pencarian tersebut mendorongnya keluar dari perusahaan.
Dilansir dari laman nypost.com, Google mendorongnya keluar dari perusahaan usai kritik panjang tentang hak asasi manusia di Tiongkok.
Menurutnya Google hanya mengejar keuntungan saja.
Baca Juga
-
Perlahan Meredup, Bintang Ini Bisa Sebabkan Ledakan Supernova?
-
Dapat Antusiasme Tinggi, Vivo S1 Pro Bawa Warna Baru Super Gemas
-
Digunakan di Berbagai Negara, Deretan Teknologi Ini Bisa Cegah Banjir
-
Tak Bisa Pakai Layanan Google, Huawei Garap Ekosistem Sendiri pada 2020
-
Terendam Banjir, Google Maps Sematkan Simbol Ini di Peta Jakarta
Tahun 2010 lalu, Ros LaJeunesse masuk daam pelopor keputusan Google untuk berhenti menjalankan bisnis di China.
Tetapi belakangan, ia merasa khawatir saat mengetahui Google mulai mengembangkan mesin pencarian yang baru untuk China.
Proyek rahasia bernama ''Dragonfly'' ini dibuat dibuat Google untuk pengguna di China, namun proyek tersebut berhenti usai penolakan dari karyawan 2018 lalu.
Dikhawatirkan pusat AI Google akan memberi akses teknologi canggih tersebut ke Partai Komunis.
Ross benar-benar terkejut dan tak lagi memiliki kemampuan untuk memengaruhi banyak produk yang sedang dikembangkan oleh perusahaan.
Kini proyek rahasia tersebut secara resmi dihentikan oleh Google pada Juli 2019 lalu. Juru bicara perusahaan mengatakan bahwa Google tak lagi punya rencana untuk merilis mesin pencarian yang baru untuk pengguna di China.
Terkini
- Garmin Run 2024 Asia Series di Indonesia, Perayaan Pecinta Lari Segala Level
- HSPNet Hadirkan Jaringan B3JS dan BDMCS dengan Kapasitas Tinggi
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
Berita Terkait
-
Google Resmi Ganti Bard Menjadi Gemini, Ini Tujuannya
-
Bagaimana JumpCloud Meminimalisir Risiko Kejahatan Siber Saat Kerja Hibrid
-
Apa itu Google Gemini? Teknologi AI Pesaing ChatGPT
-
Mission EVO Rilis di Google Play Store, Game Survival Shooter Terbaru
-
Karyawan RRQ Ketahuan Sebut EVOS Titipan Pemda, CEO Ambil Tindakan Tegas
-
Google Disinyalir akan Sajikan Layanan Cloud Gaming via Youtube
-
Cara Main Mobile Legends Bang Bang di PC Pakai Google Play Beta
-
Bagaimana Meningkatkan Skill SEO Lewat Praktik Website dan Kemampuan Analisis
-
Pengguna Fitbit Punya Opsi untuk Login dengan Akun Google, Semua Data Bisa Diakses
-
Ngotot Minta WFH, Karyawan Google Ancam Walkout!