Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Rabu, 26 Februari 2020 | 16:45 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pemerintah China diduga mulai membatasi serta melacak warganya yang melaporkan isu terkini mengenai virus corona melalui Twitter dan WeChat. Segala hal yang dianggap sebagai "informasi negatif" akan berurusan langsung dengan pemerintah China.

Dikenal sebagai orang yang pertama kali melakukan "blow-up" terhadap keberadaan virus corona, dokter Li Wenliang memicu banyak reaksi dari netizen China.

Hashtag "Saya ingin kebebasan berbicara" menyebar di situs media sosial China, Weibo setelah kematian Li Wenliang karena terkena virus corona.

NPR melaporkan bahwa 2 juta postingan langsung terhapus dari Weibo pada hari berikutnya.

Setelah diduga membungkam kebebasan berpendapat secara berkelompok, pemerintah China kini dituduh membungkam warganya secara individu ketika mereka menyebarkan informasi sensitif mengenai virus corona di Twitter atau WeChat.

Ilustrasi Twitter. (Pixabay/ edar)

Joshua Left, seorang pengusaha startup mobil otonom di Wuhan, China baru tiba di San Fransisco, AS pada pertengahan Januari untuk liburan.

Khawatir terhadap kondisi keluarganya yang mungkin tidak mendapatkan informasi tentang skala epidemi yang sedang berkembang, ia mulai membagikan informasi melalui akun WeChat.

Dilansir dari Vice, Joshua Left yang meminta untuk tidak disebutkan nama lengkap China-nya langsung merasakan keanehan.

Smartphone miliknya tiba-tiba menerima pesan peringatan bahwa seseorang di Shanghai sedang mencoba masuk ke akunnya.

Teman-temannya yang berada di China juga langsung serempak menanyakan di mana lokasinya sekarang termasuk nama hotel, nomor kamarnya, dan berapa nomor telepon di AS.

Ilustrasi virus corona. (Shutterstock)

Ia menduga bahwa teman-temannya dipaksa oleh Kementerian Keamanan Negara dalam upaya untuk mengungkapkan lokasinya.

Tencent, perusahaan yang mengoperasikan WeChat, tidak menanggapi pertanyaan tentang insiden tersebut.

Twitter dilarang di China, sehingga banyak warga China menggunakan VPN untuk menembusnya.

Jiang Ming, seorang penduduk Kota Dongguan, China mencuitkan kritik pada 20 Januari 2020 terhadap tanggapan pemerintah China yang dianggap terlalu lama dalam merespon virus corona saat virus tersebut pertama kali muncul.

Ilustrasi virus corona. (Pixabay)

Tak lama kemudian, para agen pemerintah langsung mengetuk pintu rumahnya.

Selama ditahan dan diinterogasi, Ming diberitahu bahwa kata "memusnahkan tirani" secara implisit dikategorikan sebagai penyerangan terhadap pemimpin negara.

Ming mengklaim bahwa ia dipaksa menandatangani surat yang menyatakan bahwa dirinya tidak akan mengulangi "ancaman" yang ia buat.

Para analis dan pakar media sosial di Amerika Serikat banyak yang mengkritisi upaya pemerintah China dalam melakukan penyensoran berlebihan terhadap isu terbaru virus corona.

BACA SELANJUTNYA

Mario Dandy Tertawa Lebar Setelah Sidang, Netizen: Sumpah Pengen Tampol