Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Media sosial Facebook telah mengambil sikap menjelan pemilu Amerika Serikat. Terutama sikap mengenai iklan yang cukup tegas.
Facebook pada Kamis (4/6/2020) mengumumkan bahwa platformnya di Amerika Serikat tidak akan menerima iklan dari media-media milik pemerintah asing di seluruh dunia.
Aturan yang berlaku musim panas itu adalah upaya mencegah campur tangan asing dalam pemilu Amerika Serikat yang digelar November.
"Mulai musim panas ini, kami akan mulai memblokir iklan dari media-media ini di AS, sebagai upaya perlidungan dari berbagai jenis pengaruh asing dalam perdebatan publik jelang pemilihan umum November 2020," jelas Facebook seperti dilansir CNBC.
Baca Juga
Media-media asing milik pemerintah juga akan diber label oleh Facebook. Beberapa di antaranya adalah Russia Today dan Sputnik dari Rusia serta CCTV dan Xinhua dan China.
Pada 2019 lalu, Facebook meraup 70 miliar dolar AS atau sekitar Rp 979 triliun dari iklan. Tetapi Facebook mengatakan bahwa, media-media yang didukung pemerintah asing jarang beriklan di AS.
Selain menolak iklan, Facebook juga mengatakan akan mulai memberi label pada konten atau laman milik media-media di luar AS. Facebook berharap kebijakan ini bisa membuat layanannya lebih transparan.
Adapun kebijakan baru ini diterapkan setelah Facebook dihujani kritik, bahkan dari pegawainya sendiri, karena tidak memoderasi konten-konten Presiden Donald Trump yang dinilai memantik konflik rasial di Amerika Serikat.
Bos sekaligus pendiri Facebook, Mark Zuckerberg mengatakan Trump dibiarkan sesukanya karena Facebook mendukung kebebasan berpendapat dan meyakini bahwa sebagai platform media mereka tak berhak mengambil peran sebagai hakim yang menentukan kebenaran.
Kebijakan Facebook itu berkebalikan dari Twitter yang dengan tegas menandai konten-konten Trump yang berisi hoaks dan menutupi unggahan yang dinilai mengagungkan kekerasan. Trump diberi sanksi karena ia melanggar syarat dan ketentuan penggunaan Twitter.
Itulah kebijakan Facebook untuk menolak iklan media asing yang diambil menjelang pemilu Amerika Serikat. (Suara.com/ Liberty Jemadu).
Terkini
- HSPNet Hadirkan Jaringan B3JS dan BDMCS dengan Kapasitas Tinggi
- Intel Dorong Pengembangan AI untuk Enterprise dengan Gaudi 3
- Dukung QRIS dan BI Fast, Bank Saqu Ikut Meramaikan JakCloth Ramadan 2024
- Melalui Transformasi Digital, PointStar Mendukung Upaya Pemerintah Mencapai Target Pertumbuhan Ekonomi 2024
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
Berita Terkait
-
Proyek Metaverse Telan Banyak Biaya, Induk Facebook Kehilangan Puluhan Triliun Rupiah
-
Facebook Bubuhkan Fitur Baru, Player Kini Bisa Bermain Game Sambil Video Call di Messenger
-
Jumlah Pengguna Aktif Harian Capai 2 Miliar, Facebook Terus Kembangkan AI
-
Meta Serius Mengembangkan Teknologi AI, Metaverse Tak Dilupakan
-
Dituduh Memata-matai Pengguna di AS, CEO TikTok Sindir Facebook
-
Susul Twitter, Facebook dan Instagram Hadirkan Layanan Berlangganan yang Lebih Mahal
-
Meta Siapkan Pesaing Twitter, Perang Medsos Makin Ramai
-
Tak Lagi Pisah Ranjang, Aplikasi Messenger akan Gabung Lagi dengan Facebook
-
Pengguna YouTube dan Facebook Wajib Waspada Serangan Malware Ini
-
Ini yang Perlu Kamu Tahu tentang Apa Itu Social Media Strategist