Rabu, 24 April 2024
Agung Pratnyawan : Sabtu, 04 Juli 2020 | 06:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Perubahan iklim telah membuat suhu Bumi meningkat dan terasa lebih panas dari masa ke masa. Namun siapa sangka ada wilayah yang justri malah makin dingin.

Tidak lain adalah wilayak Atlantik Utara yang menjadi lebih dingin, seolah tak terpengaruh dengan adanya perubahan iklim.

Disebut "cold blob" atau gumpalan dingin, ini telah menjadi topik yang menarik bagi para klimatologis sejak pertama kali ditemukan pada 2015. Sayangnya, kompleksitas sirkulasi laut membuatnya sulit untuk dijelaskan.

Namun sekarang, penelitian terbaru mengungkapkan penyebab hal tersebut dapat terjadi. Tim ilmuwan dari Max Planck Institute for Meteorology di Jerman menerapkan pemodelan iklim jangka panjang untuk mensimulasikan berbagai konfigurasi untuk menemukan penyebab yang cocok dengan suhu yang diamati.

Dilansir dari Science Alert, Jumat (3/7/2020), salah satu faktor yang telah diidentifikasi tidak mengejutkan karena mendukung penelitian sebelumnya, yang menunjukkan aliran air yang disebut Atlantic meridional overturning circulation (AMOC) telah melemah secara signifikan sejak pertengahan abad ke-20.

Saat bergerak dengan uap penuh, sirkulasi ini mengambil air permukaan yang hangat dan asin dari daerah tropis di dekat Teluk Meksiko di utara menuju pantai Eropa, lalu menukarnya dengan air tawar dingin yang disuplai dari es yang mencair.

Dengan suhu yang lebih hangat membuat air laut lebih ringan. Sementara itu, dosis air tawar yang baik mengalir dari pencairan es Kutub Utara dan curah hujan yang lebih tinggi juga akan menghambat arus sirkulasi dengan membentuk lapisan air yang kurang asin di permukaan.

Ilustrasi perubahan iklim. (Pixabay/ Tumisu )

Untuk mencari tahu hubungan antara iklim Bumi dan gumpalan dingin, para ilmuwan yang melakukan penelitian terbaru ini menggunakan model iklim planet terperinci untuk memasangkan variasi energi, karbon dioksida, dan air melintasi lautan, daratan, dan atmosfer.

Simulasi yang dijalankan melalui model ini memungkinkan para ahli melihat apa yang mungkin terjadi jika mereka memaksa AMOC untuk berputar dengan kecepatan penuh, meninggalkan atmosfer dan bertindak sebagai faktor yang mempengaruhi itu semua.

Hasilnya, ada efek kecil tapi nyata. Saat air hangat yang masuk mendingin, itu menghasilkan awan dataran rendah yang akan memantulkan radiasi masuk dan pada akhirnya mendinginkan permukaan lebih jauh.

Selanjutnya, tim ilmuwan menjalankan skenario lain yang hanya melibatkan pengangkutan panas AMOC dan mendapati bahwa itu tidak hanya membawa lebih sedikit energi, tetapi juga membuang lebih banyak ke dalam arus air yang beredar di Arktik.

Ilustrasi perubahan iklim. [Shutterstock]

Dengan kata lain, sirkulasi subpolar ini menambah kecepatan, menarik panas dari AMOC, dan membuat wilayah gumpalan dingin menjadi lebih dingin.

Untuk saat ini, para ilmuwan akan lebih memperhatikan kekuatan AMOC di tahun-tahun mendatang.

Dengan mengetahui bagaimana gumpalan dingin ini beroperasi dalam iklim yang berubah, akan membantu manusia lebih memahami tentang berapa derajat suhu akan menghangat di masa mendatang. Penelitian ini telah dipublikasikan di Nature Climate Change.

Itulah temuan baru wilayah di Bumi yang nampak tidak terpengaruh perubahan iklim. Yakni wilayah Atlantik Utara yang kini makin terasa dingin. (Suara.com/ Lintang Siltya Utami).

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet