Kamis, 25 April 2024
Agung Pratnyawan : Senin, 25 Januari 2021 | 11:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Gegara perubahan kebijakan privasi baru, WhatsApp tengah jadi sorotan. Tak hanya itu, layanan chatting ini juga terancam kehilangan banyak pengguna.

Termasuk laporan terbaru, banyak pengguna WhatsApp yang beralih ke aplikasi chat alternatif seperti Signal dan Telegram.

Mengutip The Guardian, Senin (25/1/2021), eksodus besar-besaran ini membuat WhatsApp harus menunda penerapan persyaratan baru, yang awalnya dijadwalkan pada 8 Februari menjadi 15 Mei.

Penundaan ini juga dimaksudkan untuk kembali mensosialisasikan kepada penggunanya mengenai kebijakan privasi baru yang diterapkan aplikasi chat tersebut.

Sayangnya, WhatsApp sudah kehilangan banyak penggunanya. Selama tiga minggu pertama Januari, Signal telah memperoleh 7,5 juta pengguna secara global. Sementara Telegram mendapatkan 25 juta pengguna.

Perusahaan Analis Aplikasi, App Annie, mengatakan WhatsApp merosot dari aplikasi yang paling banyak diunduh di Inggris, yang awalnya peringkat delapan menjadi 23 pada 12 Januari.

Sebaliknya, Signal yang awalnya tidak berada di 1.000 aplikasi teratas di Inggris pada 6 Januari, melonjak menjadi aplikasi yang paling banyak diunduh di sana pada 9 Januari.

Ilustrasi WhatsApp. (Pixabay/arivera)

Direktur Kebijakan Publik WhatsApp untuk Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, Niamh Sweeney mengatakan bahwa eksodus ini diyakini sebagai respons pengguna atas pembaruan kebijakan yang baru saja diumumkan perusahaan.

Dia mengatakan bahwa pembaruan itu dimaksudkan untuk mengaktifkan serangkaian fitur baru seputar perpesanan bisnis, dan membuat klarifikasi dan memberikan transparansi yang lebih besar seputar kebijakan perusahaan yang sudah ada sebelumnya.

"Tidak ada perubahan pada berbagi data kami dengan Facebook di mana pun di dunia," kata Sweeney.

Sayang, kebijakan tersebut telanjur viral di media sosial. Seperti yang beredar sebelumnya, WhatsApp juga mengancam bakal menghapus akun pengguna apabila tidak menyetujui kebijakan privasi yang menyatakan data pengguna akan dibagikan ke aplikasi induk perusahaan, Facebook.

Director of Market Insights App Annie, Amir Ghodrati mengatakan jenis peralihan dalam aplikasi chat dan jejaring sosial ini bukanlah hal yang aneh.

Sebab, sifat dasar aplikasi sosial dan bagaimana fungsi utamanya melibatkan komunikasi dengan orang lain, perkembangannya sering kali dapat bergerak cukup cepat.

"Kami telah melihat permintaan yang meningkat selama beberapa tahun terakhir untuk pesan terenkripsi dan aplikasi yang berfokus pada privasi," ungkap Ghodrati.

Ilustrasi WhatsApp. (Pixabay/ HeikoAL)

Ia melanjutkan, aplikasi chat yang menyediakan fitur privasi mengalami pertumbuhan keterlibatan terbesar pada paruh pertama 2020. Aplikasi ini melihat rata-rata 30 persen lebih banyak pengguna aktif daripada alternatif.

"Aplikasi seperti Signal, Telegram, Wickr, dan WhatsApp menawarkan fitur privasi mulai dari transfer data terenkripsi ujung ke ujung hingga pesan yang hilang dengan setelah diatur pengguna," ujarnya.

Ironisnya, WhatsApp justru lebih fokus pada privasi daripada pesaingnya, Telegram. WhatsApp lebih dulu menerapkan enkripsi end-to-end yang mencegah penyedia layanan untuk dapat mengakses pesan pengguna.

Enkripsi ini diaktifkan secara default untuk setiap obrolan, kecuali antara pengguna biasa dan akun bisnis.

Sementara Telegram hanya mengaktifkan enkripsi end-to-end untuk fitur "obrolan rahasia". Fitur ini dimaksudkan agar pengguna memiliki lebih banyak pesan rahasia daripada chat yang biasa dipakai.

Itulah kabar terkini dari dampak kebijakan privasi baru WhatsApp yang membuat banyak pengguna kabur. (Suara.com/ Dicky Prastya).

BACA SELANJUTNYA

Voice Chat Hadir untuk WhatsApp Grup