Jum'at, 26 April 2024
Agung Pratnyawan : Kamis, 23 Desember 2021 | 18:21 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Menurut laporan terbaru yang diluncurkan Vesta, dompet digital atau ewallet dan eCommerce rentan akan serangan pelaku kejahatan siber.

Padahal saat pemakaian dompet digital dalam belanja online sedang mengalami peningkatan. Vesta selaku platform keamanan transaksi online dan anti fraud ini mengungkap lebih dari 55 persen pembeli online di Indonesia menggunakan ewallet pada 2021.

Mengacu pada adopsi dompet digital yang cepat, transaksi pembayaran dompet digital di Indonesia diperkirakan akan tumbuh sepuluh kali lipat pada tahun 2025.

Tapi, adopsi dompet digital diprediksi akan memicu lebih banyak transaksi kejahatan siber. Apalagi, tingkat percobaan penipuan di Asia Tenggara tercatat mencapai 12 kali lebih besar dari rata-rata global.

Dari berbagai percobaan penipuan tersebut, pedagang online kehilangan 1,6% pendapatan mereka setiap tahun. Di Indonesia, transaksi e-wallet diperkirakan akan mencapai 18,5 miliar dolar AS pada akhir tahun 2021.

"Mengingat adanya peningkatan transaksi palsu, penipuan, dan pengalaman pembayaran yang buruk, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan keamanan terhadap dompet digital dan ekosistem e-commerce Indonesia," ujar Shabab Muhaddes, Vesta General Manager in the Asia Pacific.

Pengguna dompet digital pada e-commerce menjadi target utama pelaku kejahatan siber. Apalagi, pasar ekonomi digital Indonesia diperkirakan akan menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan nilai transaksi mencapai 83 miliar dolar AS pada tahun 2025.

Temuan Vesta, hampir tiga dari lima atau setara 57% pengguna transaksi belanja online di Indonesia berbagi akun ritel dengan keluarga atau teman. Hal inilah yang membuat akun pengguna lebih rentan terhadap berbagai skema kejahatan siber populer seperti pengambilalihan akun, pencurian identitas, penyusupan akun, transfer antar negara dan menyalin konten situs web secara ilegal atau pagejacking.

Solusi keamanan terbaru yakni otentikasi multi-faktor (MFA) menjadi cara untuk meningkatkan keamanan. Selama ini sistem anti-fraud Vesta menawarkan kemampuan machine learning berdasarkan data transaksional global yang telah dikumpulkan selama 25 tahun sehingga mampu mengidentifikasi secara akurat segala bentuk penipuan digital.

"Di Indonesia, dengan menyediakan teknologi otomatis, analitis, otentikasi, dan platform real-time, pelanggan kami bisa memastikan keamanan seluruh transaksi pembayaran," tambah Shabab.

Di pasar Indonesia, klien Vesta mencakup perusahaan ecommerce besar dan menengah. Belum lama ini Vesta juga menjalin kerja sama dengan fasilitator pembayaran untuk membidik segmen usaha kecil menengah (UKM).

Saat ini ada dua solusi keamanan yang paling banyak digunakan di pasar Indonesia. Yakni Payment Guarantee dan Payment Protect respectively. Kedua sistem ini memanfaatkan teknologi machine learning untuk mengidentifikasi penipuan secara real-time.

Vesta juga berencana untuk meluncurkan sistem keamanan terbaru yakni Account Protect di Indonesia. Vesta Account Protect memungkinkan perusahaan untuk mendeteksi beberapa skenario pencurian identitas, termasuk identitas sintetis, pembajakan kartu SIM, dan peretasan informasi.

Sebagai informasi, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto baru-baru ini menyebut, saat ini Indonesia sudah menguasai 41,9% transaksi ekonomi digital di Asia Tenggara. Tahun lalu, ekonomi digital Indonesia sudah menyentuh 44 miliar dolar AS atau setara Rp 660 triliun.

BACA SELANJUTNYA

Asal Nama Bjorka dan Serentetan Aksi Jahatnya, Termasuk Bongkar Data Rafael Alun