Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Dalam rangka melakukan perang siber melawan Rusia, pemerintah Ukraina membentuk tentara siber atau IT Army sukarelawan.
Pasukan siber yang dibentuk Ukraina ini bakal melakukan serangan siber ke Rusia.
Diwartakan Suara.com, IT Army ini direkrut dari volunteer yang terdiri dari peneliti keamanan hingga hacker.
Menteri Transformasi Digital Ukraina, Mykhaylo Fedorov mengumumkan bahwa mereka membutuhkan bakat digital sukarela untuk IT Army demi melawan Rusia melalui dunia maya.
Baca Juga
Usai pengumuman itu, muncul channel Telegram untuk mengatur operasi IT Army dan memuat 31 target milik Rusia.
Daftar itu mencakup situs lembaga pemerintah Rusia, IP address, perangkat storage pemerintah hingga server email, tiga bank, perusahaan besar yang mendukung infrastruktur penting, hingga search engine dan portal email Rusia, Yandex.
Mengutip Bleeping Computer, Senin (28/2/2022), ajakan IT Army ini juga muncul usai Kementerian Pertahanan Ukraina merekrut komunitas hacker underground, untuk membantu mereka dalam perang siber ke Rusia.
Ajakan ini muncul dari Founder Cyber Unit Technologies, Yegor Aushev, yang membagikan formulir di Facebook.
Ia mengklaim kalau hacker di seluruh dunia telah mendaftar untuk membantu Ukraina, bahkan beberapa dari mereka juga ada yang berasal dari Rusia.
Volunteer hacker dan peneliti keamanan siber ini tampaknya sudah mulai bekerja.
Beberapa situs web Kremlin (pemerintah Rusia), State Duma (lembaga legislatif Rusia), dan Kementerian Pertahanan ikut tumbang akibat serangan DDoS.
Ajakan IT Army ini memang dinilai bakal menggoda mereka yang geram dengan invasi Rusia ke Ukraina.
Namun penting untuk dicatat bahwa serangan siber seperti DDoS atau merusak situs web lain adalah tindakan ilegal, terlepas dari targetnya.
CEO perusahaan keamanan siber Dragos, Robert Lee mengatakan bahwa serangan siber ini dapat membahayakan penegakan hukum dan operasional pemerintah yang sah.
Di sisi lain, pemerintah negara lain yang membantu Ukraina mungkin bakal menutup mata terhadap serangan siber yang menargetkan Rusia.
Padahal, penting untuk memikirkan konsekuensi hukum dari serangan tersebut.
Itulah upaya pemerintah Ukraina membentuk pasukan siber dalam rangkan melawan Rusia melalui perang siber. (Suara.com/ Dicky Prastya).
Terkini
- Grab Dapatkan Sertifikat Penetapan Program Kepatuhan Persaingan Usaha dari KPPU RI
- Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
- Kolaborasi Huawei dan Telkomsel, Hadirkan Modem Orbit Star H2 dengan Paket Kuota FantaSix 150 GB
- Yandex, Kominfo, dan ITB Bahas Pengembangan AI yang Aman dan Beretika
- Aplikasi Merchant BCA Resmi Diluncurkan untuk Pelaku Usaha, Apa Kelebihannya?
- CCTV Tak Cukup Jadi Bukti Kejahatan? Cek Tips Sistem Keamanan Terintegrasi dari Nawakara
- Update Software Samsung Galaxy S24 Series, Hadirkan Pengalaman Display Vivid yang Makin Optimal
- Nuon Optimistis Dorong Transformasi Digital Melalui Inovasi di Industri Hiburan
- Google Resmi Ganti Bard Menjadi Gemini, Ini Tujuannya
- Kolaborasi Plan Indonesia dan Microsoft, Luncurkan Program AI TEACH for Indonesia
Berita Terkait
-
eShop Nintendo di Rusia Tutup, Ini Sebabnya
-
Link Phising Marak Beredar, Waspada Jika Terjadi Gejala Ini di HP Anda
-
Kebakaran Hutan di Rusia Telan Banyak Korban, Ribuan Damkar Dikerahkan
-
Rusia Berpeluang Kuasai Pangsa Bitcoin Hashrate Global, Ini Penyebabnya
-
Tentara Ukraina Pakai Steam Deck untuk Kendalikan Senjata
-
Latah, Akhirnya Tinder Juga Angkat Kaki dari Rusia
-
Gegara Hacker dan Scam, Investor Kripto Kehilangan Rp 1,5 Triliun pada April 2023
-
Ancaman Siber, Pakar Temukan Aplikasi Berbahaya Google Play Dijual di Darknet
-
Exchange Bitrue Diserang Hacker, Kripto Senilai Ratusan Miliar Rupiah Hilang
-
Penelitian Kaspersky Ungkap Bagaimana Bisnis Gelap Terjadi di Darknet