Jum'at, 19 April 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 07 Februari 2023 | 15:07 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - ChatGPT hadir sebagai chatbot dengan teknologi AI atau kecerdasan buatan yang sangat pintar yang membuat heboh. Kehadirannya bahkan disebut-sebut bisa berdampak pada dunia pendidikan.

Chatbot ChatGPT dari OpenAi ini banyak digunakan dalam menjawab berbagai pertanyaan bahkan diperintah untuk melakukan bermacam hal secara teks.

Dikutip tim HiTekno.com dari dw.com, para ahli mengatakan kalah teknologi AI atau kecerdasan buatan seperti ChatGPT berdampak pada dunia pendidikan.

Bahkan disebutkan bisa mengubah cara siswa dalam belajar. Karena chatbot seperti ChatGPT ini bisa diperintah untuk menulis esai akademis dengan baik.

Apakah ini menjadi ancaman bagi dunia pendidikan atau malah bisa menjadi peluang baru dalam menyampaikan pelajaran?

Doris Wessels, profesor informatika bisnis dari Kiel University of Applied Sciences mengaku terkejut saat pertama kali login dan menggunakan ChatGPT dari OpenAI.

Ia mengaku langsung mencoba chatbot bertenaga kecerdasan buatan atau AI itu hanya beberapa hari sejak dirilis dan dibuat terkagum-kagum oleh teknologinya.

Menurutnya, siapa pun dapat berinteraksi dengan ChatGPT melalui browser. Tinggal mengetik pertanyaan atau perintah, ChatGPT akan memberikan respons dengan baik.

Apakah ChatGPT mengancam pendidikan?

Mike Sharples, profesor emeritus dari Universitas Terbuka di Inggris Raya, memperingatkan "GPT mendemokratisasi plagiarisme."

Ia telah mencoba meminta teknologi AI itu untuk membuat artikel ilmiah dan hasilnya menurutnya "bisa lulus tinjauan akademis pertama."

Hal tersebut menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pendidik, bahkan Doris Wessels mengkhawatirkan jika universitas bisa terancam ketinggalan dari teknologi AI.

Di satu sisi ada industri perangkat lunak yang mengembangkan teknologi AI menjadi semakin canggih, sementara di sisi lain, ada sejumlah mahasiswa yang pemahamannya menggunakan teknologi AI untuk pendidikan, lebih cepat dibanding staf akademik atau profesor mereka.

Doris Wessels bahkan melihat adanya kemungkinan di mana profesor tidak menaruh curiga terhadap tugas yang dikumpulkan mahasiswa tanpa kesalahan.

Padahal sebenarnya tugas tersebut dikerjakan oleh ChatGPT atau sistem chatbot serupa.

Terlalu sedikit data

Pakar teknologi AI asal New Delhi, Debarka Sengupta juga menyatakan kekhawatiran serupa. Ketika semua orang tahu sistem seperti chatbot ChatGPT.

Debarka Sengupta khawatir standar akademik akan menurun jika mahasiswa mulai tergantung pada teknologi kecerdasan buatan terbuka semacam itu.

Jika mereka berhenti belajar bagaimana menulis esai sendiri dan justru menggunakan ChatGPT sebagai gantinya, mereka bisa menjadi sangat tidak kompeten dan kecanduan kata Sengupta.

Meski begitu, Pimpinan Pusat Infosys untuk Kecerdasan Buatan di Institut Teknologi India ini menilai kalau data yang tersedia pada ChatGPT masih terlalu sedikit.

Sengupta juga mengatakan, plagiarisme dan kecurangan selalu ada akan tetapi motivasi belajar siswa tidak boleh diremehkan.

Sedangkan Mike Sharples dalam kesempatan berbeda juga menyatakan kalau mahasiswa datang ke universitas untuk belajar, bukan untuk menyontek.

Apakah AI Bisa Membantu?

Bernadette Mathew, salah satu mahasiswa Sengupta yang tengah meneliti pertumbuhan kanker dalam rangka mendapatkan gelar PhD di bidang Biologi merasa ChatGPT membantunya.

Eksperimen Bernadette Mathew menghasilkan data yang sangat besar untuk dianalitis, ia membutuhkan bantuan untuk melakukan otomatisasi dan mempercepat proses analisis.

Karena itu, ia bermasa teknologi AI seperti ChatGP akan sangat membantu dalam hal tersebut.

ChatGPT menurutnya menjelaskan apa yang tidak ia mengerti tentang coding, dan membantunya menemukan error dalam bahasa program yang ia tulis sendiri.
Bahkan Bernadette Mathew kadang membiarkan chatbot itu melakukan coding sendiri.

"Mengobrol dengan ChatGPT seperti mengobrol dengan orang sungguhan, Jika saya tahu ini sebelumnya, saya bisa menghemat banyak waktu dan pekerjaan," tambahnya.

Mahasiswa ini mengatakan kalau ChatGPT akan merevolusi karya akademis seperti ahli bioloi eksperimental, karena mereka bisa fokus pada penelitian.

Sedangkan Doris Wessels juga menyampaikan kalau ChatGPT bisa membantu mahasiswa dalam bidang lain. Bukan untuk sepenuhnya membuat esai.

Menurutnya ChatGPT dapat mendorong mereka untuk menemukan kata-kata pertama dari sebuah esai yang biasanya jadi hal tersulit dalam menulis.

Pentingnya Peran Manusia

Dalam laporan DW.com, disebutkan kalau ChatGPT sejatinya tidak memahami esai yang ditulisnya. Selayaknya burung beo di kantor profesor yang mendengarkan dan menirukan percakapan.

Chatbot teknologi AI juga hanya memproses dan menyakikan bahasa juga fakta yang telah diberikan kepada mereka sebelumnya.

Seperti teknologi AI lainnya, manusia harus tetap meninjau dan mengoreksi ulang apa yang telah hasilkan chatbot seperti ChatGPT.

Meski beradaptasi menggunakannya, ChatGPT akan menjadi tantangan dalam pendidikan. Keberadaan teknologi AI ini bisa menjadi peluang dalam mendidik dan mengajar.

BACA SELANJUTNYA

Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif