Sabtu, 27 April 2024
Agung Pratnyawan : Selasa, 05 Maret 2024 | 16:31 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) menyelenggarakan seminar bertajuk “Milestones shaping AI: ethical considerations, AI in smart cities, and innovation”  (27/02/2024). Acara ini didukung Yandex dan didukung Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo)

Dalam acara ini, ITB bersama Yandex dan Kominfo membahas lanskap AI di Indonesia, mengeksplorasi praktik terbaik, dan mendiskusikan bagaimana AI dapat membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih aman.

Seminar ini dihadiri jajaran pakar, peneliti, dan profesional industri seperti Direktur Pengendalian Teknologi Informasi dan Komunikasi Kominfo, Teguh Arifiyandi. Dekan Fakultas Teknik Elektro dan Informatika, Tutun Juhana. Kepala Pusat Inovasi Kota Cerdas dan Masyarakat, Prof Suhono Harso Supangkat.

Peneliti di Smart City dan Community Innovation Center, Fadhil Hidayat. Serta VP Strategy Yandex, Alexander Popovskiy, dan Direktur Pengembangan AI Yandex Alexander Krainov.

Seminar diawali dengan sambutan pembukaan dari Dr. Tutun Juhana dan Prof. Suhono Harso Supangkat, membeberkan betapa tidak terpisahkannya realitas modern dengan teknologi—dan bagaimana teknologi dapat membantu meningkatkan kualitas hidup di Indonesia.

Sehingga, Alexander Popovskiy melihat ini sebagai upaya kolaboratif Yandex, Kominfo, dan universitas terkemuka di Indonesia.

Menurutnya VP Startegy Yandex, peran AI dalam membawa perubahan positif ke dunia disertai dengan disrupsi tentang keamanan dan etika digital.

Dia menyatakan bahwa Yandex—sebagai perusahaan yang mengembangkan solusi AI dan pembelajaran mesin—memahami pentingnya etika kecerdasan buatan dan melakukan yang terbaik untuk mengembangkan model ML yang tidak hanya bermanfaat bagi umat manusia tetapi juga mematuhi standar keselamatan dan etika.

Alexander Popovskiy menambahkan bahwa Yandex baru-baru ini mengambil bagian dalam pengembangan kode etik AI Rusia bersama dengan beberapa perusahaan teknologi besar, lembaga publik, dan komunitas ilmiah.

Didukung oleh negara, upaya ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang aman dan terpercaya bagi pengembangan AI di negara tersebut.

“Kami sangat berterima kasih kepada Kominfo dan seluruh perguruan tinggi yang mendukung dan memberi wadah pada diskusi krusial ini. Tujuan dari seminar ini adalah untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan dan meningkatkan pemahaman tentang peran AI dalam mendorong lanskap teknologi yang aman. Kami yakin upaya ini akan memberikan kontribusi signifikan terhadap komunitas digital dan kemajuan teknologi Indonesia,” tutup Alexander Popovskiy.

Sementara itu, Alexander Krainov memberikan gambaran mendalam tentang sejarah modern AI, menyelidiki asal usul jaringan saraf dan AI generatif serta menelusuri evolusinya dari AlexNet dan Word2vec hingga DALL-E dan ChatGPT.

“Perkembangan teknologi AI tidak terjadi secara kebetulan. Ini adalah proses sistematis yang terdiri dari penemuan-penemuan ilmiah yang masing-masing didasarkan pada penemuan sebelumnya—dan beberapa kemajuan paling menarik dalam sejarah AI masih akan datang,” kata Alexander Krainov.

Masih di kesempatan yang sama, Teguh Arifiyandi mengatakan saat ini belum ada undang-undang khusus AI di Indonesia, Kominfo tidak menutup kemungkinan untuk mengadopsi peraturan internasional yang sudah ada. Ia menekankan pentingnya memahami kebutuhan lokal akan teknologi AI sebelum menyusun undang-undang baru.

Arifiyandi juga menyinggung Surat Edaran Etika AI yang dikeluarkan Kominfo yang menyoroti pentingnya nilai-nilai etika seperti humanisme, inklusi, kredibilitas, dan akuntabilitas dalam pengembangan dan penggunaan teknologi AI.

“Kebijakan AI Kominfo sendiri menguraikan empat sasaran strategis, antara lain memastikan kualitas dan akurasi layanan AI, keamanan data, peningkatan sumber daya manusia terkait AI, dan pencegahan kejahatan siber menggunakan AI. Kami percaya bahwa pencapaian target ini akan membantu kami menciptakan lingkungan yang aman dan beretika bagi pengembangan ekosistem AI di Indonesia,” jelas Arifiyandi.

Merespon pemanfaatan AI di Indonesia, peneliti di Smart City Community & Innovation Center (SCCIC) ITB menyoroti solusi sistematis terhadap tantangan perkotaan yang dapat diterapkan di daerah pedesaan dan bahkan meluas ke negara dan wilayah lain di dunia. dunia.

SCCIC mengusulkan solusi cerdas untuk kota, desa, provinsi, dan negara melalui model, arsitektur, metode, kerangka kerja, strategi, kebijakan, dan peraturan. Namun hal itu harus ditegaskan dengan pentingnya etika dalam penerapan AI.

“Platform dan layanan AI harus mengadopsi kebijakan yang memprioritaskan transparansi, keadilan, perlindungan privasi, akuntabilitas, dan keragaman untuk mengurangi bias yang tidak disengaja dalam pengembangan AI.” Kata Fadhil Hidayat

Puncak dari seminar ini adalah diskusi panel dinamis di mana para peserta bertukar pendapat mengenai tren saat ini dan prospek masa depan AI dalam pendidikan. Rangkaian acara seminar akan berlanjut di Universitas Indonesia dengan bahasan soal AI dan perkembangannya di industri Indonesia.

BACA SELANJUTNYA

Mahfud MD Izinkan Kejagung Usut Kasus Korupsi BTS di Kantor Kominfo