Hitekno.com - Aksi demonstrasi besar-besaran yang berlangsung di depan Kantor Bupati Pati pada Rabu, 13 Agustus 2025, diwarnai kericuhan.
Puluhan ribu massa dari Aliansi Masyarakat Pati Bersatu turun ke jalan, puncaknya menuntut Bupati Pati, Sudewo, untuk mundur dari jabatannya.
Pemicu Utama: Kenaikan PBB dan Kebijakan Kontroversial
Aksi ini awalnya dipicu oleh rencana kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) hingga 250%.
Meskipun kebijakan ini telah dibatalkan oleh Bupati Sudewo pada 8 Agustus 2025, kemarahan publik tidak surut.
Tuntutan massa meluas, menyasar kebijakan lain yang dinilai tidak pro-rakyat.
Di antaranya adalah Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) massal tenaga honorer RSUD.
Selain itu juga penerapan lima hari sekolah.
Terdapat juga rencana renovasi Alun-alun Pati senilai Rp2 miliar.
Serta rencana pembongkaran total Masjid Alun-alun Pati yang dinilai bersejarah, dan proyek videotron dengan anggaran Rp1,39 miliar.
Selain kebijakan, sikap Bupati Sudewo yang dianggap arogan dan pernyataannya yang dinilai menantang warga untuk berdemo juga menjadi bahan bakar utama kemarahan massa.
Baca Juga:
Diskon Kemerdekaan! 4 HP Oppo Turun Harga Gila-gilaan!
Kronologi Kericuhan
Demonstrasi yang dimulai sejak pagi hari berlangsung damai hingga sekitar pukul 11.00 WIB.
Situasi memanas karena massa kecewa Bupati Sudewo tak kunjung menemui mereka.
Kericuhan pecah saat massa mulai melempari Kantor Bupati dengan botol air mineral, batu, dan benda lainnya.
Aksi ini berlanjut dengan perusakan gerbang pendopo dan kaca kantor bupati.
Puncaknya, massa membakar satu unit mobil provos milik Polres Grobogan.
Aparat keamanan merespons dengan menembakkan gas air mata dan mengerahkan meriam air (water cannon) untuk membubarkan massa.
Korban Luka dan Bantahan Isu Korban Jiwa
Akibat kericuhan, puluhan orang mengalami luka-luka.
Direktur RSUD RAA Soewondo Pati, Rini Susilowati, mengonfirmasi bahwa 33 korban luka dirawat di rumah sakitnya.
Sebagian besar korban mengalami sesak napas akibat gas air mata dan dipastikan hanya menderita luka ringan.
Sempat beredar kabar mengenai adanya korban jiwa, termasuk seorang wartawan dan dua remaja.
Namun, kabar tersebut dibantah oleh pihak kepolisian dan rumah sakit.
Pihak media tempat wartawan tersebut bekerja juga mengklarifikasi bahwa rekannya hanya lemas akibat gas air mata.
Selain warga, sejumlah aparat kepolisian, termasuk Kapolsek Kota Pati Iptu Heru Purnomo, juga dilaporkan mengalami luka-luka akibat pengeroyokan.
Respons Bupati dan Langkah DPRD
Di tengah desakan massa, Bupati Sudewo akhirnya keluar menemui demonstran dengan pengawalan ketat di atas mobil rantis polisi.
Ia menyampaikan permohonan maaf singkat namun disambut dengan lemparan botol dan sandal oleh massa sebelum akhirnya dievakuasi.
Sudewo menegaskan menolak untuk mundur dari jabatannya, dengan alasan ia dipilih secara konstitusional.
Menyikapi gejolak sosial ini, DPRD Kabupaten Pati menggelar sidang paripurna dan menyetujui pembentukan Panitia Khusus (Pansus) untuk memakzulkan Bupati Sudewo.
Dugaan Adanya Penyusup
Pihak kepolisian menduga kericuhan dalam aksi damai ini dipicu oleh adanya kelompok penyusup atau anarkistis yang merusak suasana.
Kapolresta Pati, Kombes Jaka Wahyudi, menyatakan pihaknya tengah berkoordinasi dengan koordinator lapangan untuk meredakan situasi.
Tag
Berita Terkait
Berita Terkini
-
Registrasi SIM Berbasis Face Recognition Picu Polemik, Publik Soroti Risiko Kebocoran Data Pribadi
-
Registrasi SIM Berbasis Face Recognition Dinilai Berisiko, Pakar Ingatkan Ancaman Privasi dan Penyalahgunaan Data
-
5 Fakta BONDS, Perangkat Pemanas Tembakau dengan Inovasi Teknologi Baru
-
Keamanan Registrasi SIM dengan Face Recognition Masih Dipertanyakan Jelang 2026
-
Registrasi SIM Card Pakai Face Recognition Mulai 2026, Pakar Ingatkan Ancaman Kebocoran Data