Rabu, 17 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Kamis, 28 Juni 2018 | 15:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Ketika kita melihat orang-orang yang terhipnotis, kita bisa merasakan rasa takjub kenapa ada ilmu yang seperti itu. Hipnotis bisa dilakukan dengan tujuan dua hal, yang pertama yaitu untuk berbuat kejahatan dan yang kedua yaitu untuk pengobatan.

Hipnotis yang pertama biasanya dilakukan dengan istilah gendam atau hipnotis negatif. Gendam biasanya digunakan oleh pelaku kriminal dengan menguasai alam bawah sadar calon korban penipuan. Setelah berhasil, maka pelaku akan memanfaatkan kondisi tersebut dan melakukan tindak pencurian atau tindak kriminal lainnya.

Hipnotis yang kedua biasanya bertujuan untuk pengobatan. Dengan hipnotis ini maka pasien yang mengalami pengobatan akan terbantu karena bisa mengendalikan stress atau rasa sakit pada tubuh bagian tertentu.

Ternyata tidak semua orang dapat dihipnotis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, otak orang-orang yang mudah terhipnotis berbeda dengan orang yang tidak bisa dihipnotis.

Sumber: Medical News Today

Penelitian ini menggunakan data dari pencitraan resonansi magnetik untuk mengidentifikasi bagaimana area otak yang berhubungan dengan kontrol cenderung memiliki lebih sedikit aktivitas pada orang yang tidak dapat dihipnotis.

Studi ini diterbitkan pada Archives of General Psychiatry Universitas Stanford. David Spiegel, MD, penulis senior dan seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku memperkirakan ada "sesuatu" di otak ketika dia melakukan penelitian pada orang yang tidak dapat dihipnotis. Sekitar 25 % objek penelitian tersebut tidak dapat dihipnotis.

Prof. David Spiegel (Sumber: Stanford.edu)

Spiegel dan rekannya di Stanford akhirnya melakukan scan MRI fungsional dan struktural dari otak 12 orang dewasa dengan hipnotisabilitas tinggi dan 12 orang dewasa dengan hipnotisabilitas rendah.

Kedua kelompok memiliki jaringan modus-default aktif, tetapi peserta yang terhipnotis menunjukkan aktivasi aktif yang lebih besar antara komponen-komponen jaringan kontrol eksekutif pada otak.

Sumber: HypGuru

Penelitian ini juga mengungkap mudah atau tidaknya orang yang dihipnotis bukan tergantung dari kepribadian namun lebih pada kemampuan kognitif yang ada di otak.

Otak yang memiliki aktivitas aktif lebih banyak (berpikir terlalu keras, melamun, khawatir berlebihan, berimajinasi tinggi dan aktivitas aktif lainnya) lebih mudah di hipnotis daripada yang tidak.

BACA SELANJUTNYA

Perusahaan Ini Kembangkan Implan Chip untuk Otak, Bisa Bantu Penderita Penyakit Neurologis