Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Badan Atariksa Amerika Serikat NASA, telah sukses meluncurkan satelit laser. Peluncuran satelit ini untuk melakukan pengukuran dan pemantauan es di Bumi.
Adalah ICESat-2, satelit laser NASA yang berhasil diluncurkan dengan roket Delta II dari California, AS.
Karena penggunaan laser untuk melakukan pengukuran, satelit NASA ini disebut dengan satelit laser.
Dilansir dari Metro.co.uk, satelit ini digunakan untuk melacak peningkatan permukaan laut di Bumi karena pemanasan global yang mencairkan es.
Baca Juga
Satelit laser milik NASA ini akan mengukur seberapa cepat es dan gletser mencair karena pemanasan global.
Untuk melakukan pengukuran ini, satelit akan naik ke ke beberapa orbit di atas kutub. Dengan posisi ini akan memberikan pandangan seluas 300 mil atau 482 km.
Saat di orbitnya, satelit NASA ini akan menembakkan laser khusus ke Bumi sebanyak 10 ribu kali setiap detik.
Dengan memakai laser ini, dapat melakukan pengukuran dengan akurat setiap 70 cm atau 2,3 kaki.
Laser ini akan dinyaakan untuk melakukan pengukuran setelah satelit sampai di orbitnya. Setidaknya pengukuran ini membutuhkan waktu dua minggu.
''Dengan misi ini kami melanjutkan eksplorasi manusia di wilayah kutub yang terpencil dari planet kita dan memajukan pemahaman kita tentang bagaimana perubahan dari lapisan es Bumi di kutub dan tempat lainnya akan mempengaruhi kehidupan di seluruh dunia, sekarang dan di masa depan'' kata Thomas Zurbuchen dari Direktorat Misi Sains NASA.
Misi satelit laser NASA ini juga akan menghasilkan data beresolusi tinggi tentang perubahan es di kutub.
Data ini dapat digunakan untuk memprediksi peningkatan permukaan air laut karena mencairnya es di Greenland dan Antartika.
Nasa juga menyebutkan kalau misi ini akan membantu ilmuwan untuk memahami bagaimana menurunnya es dan dampak pencairan es pada laut juga atmosfer.
Kita tunggu saja seperti apa hasil pengukuran satelit laser NASA ini. Dan semoga sangat membantu dalam upaya pencegahan dampak pemanasan global.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
-
Berapa Jarak Bumi ke Matahari dan Bagaimana Cara Mengukurnya?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Kenapa Bintang Digambarkan dengan Lima Sudut, Padahal Aslinya Bulat
-
Perusahaan Ini Ingin Dinginkan Bumi Pakai Cara Radikal, Malah Tuai Kritik
-
12 Orang yang Pernah Menginjakkan Kaki di Bulan, Tak Hanya Neil Armstrong
-
Sebuah Komet Hijau Mendekati Bumi, Lintasannya Bisa Terlihat?
-
NASA Temukan Planet Mirip Bumi yang Kedua, Bisa Dihuni Manusia?
-
Satelit NASA Akan Jatuh Ke Bumi, Setelah 38 Tahun Beroperasi
-
Peringatan NASA, Ada Indikasi China Ingin Mengklaim Tanah di Bulan