Sabtu, 20 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Minggu, 30 September 2018 | 18:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Gempa besar baru saja terjadi di Palu dan Donggala yang disebabkan oleh sesar Palu Koro. Menurut BMKG, gempa sebesar 7,7 SR (Skala Richter) disebabkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar (Slike-Slip).

Laporan terbaru dari BNPB pada hari Minggu (30/09/2018) siang menyatakakan bahwa korban meninggal telah mencapai 832 orang.

Korban meninggal terdiri dari Palu sebanyak 821 orang sedangkan gempa dari Donggala 11 orang. Kebanyakan korban ditemukan meninggal karena tertimpa bangunan roboh dan diterjang tsunami.

Gempa yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018, jam 17.02 WIB di lokasi 0.18 LS dan 119.85 BT (26 kilometer dari Utara Donggala Sulawesi Tengah) merupakan gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer.

Peringatan dini tsunami dari BMKG. (Twitter/ @InfoBMKG)

Berdasarkan kedalamannya, gempa bumi terbagi menjadi tiga yaitu gempa bumi dalam (kedalaman lebih dari 300 km), gempa bumi menengah (60-300 km), dan gempa bumi dangkal (kurang dari 60 km).

Gempa bumi dalam biasanya tidak terlalu bahaya dan gempa bumi menengah akan menimbukan kerusakan ringan.

Sementara gempa bumi dangkal (seperti gempa Palu) merupakan gempa bumi yang biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.

Ilmuwan yang tergabung dalam USGS menjelaskan dalam situs resminya bahwa kebanyakan gempa bumi terjadi karena pergerakan atau tumbukan antara lempengan bumi.

Berikut pembagian penyebab gempa besar karena pergerakan/tumbukan lempengan bumi:

1. Normal Fault (Sesar Normal)

Pergerakan Sesar Normal. (USGS)

Normal Fault terjadi apabila dua lempengan bergerak secara relatif antara satu dengan yang lain. Pergerakan yang ada menimbulkan patahan jatuh ke bawah. Biasanya gempa ini banyak terjadi di masa lalu dan menghasilkan sebuah tebing yang ada pada saat ini.

2. Reverse Fault (Sesar terbalik)

Pergerakan Sesar Terbalik. (USGS)

Peristiwa Reverse Fault merupakan kebalikan dari Normal Fault. Saat lempengan saling bergerak dan bertubrukan satu sama lain, lempengan dengan kekuatan tertinggi akan mendorong secara vertikal ke atas. Sama seperti sesar normal, sesar terbalik juga menghasilkan patahan.

3. Strike Slip Fault (Sesar mendatar)

Pergerakan Sesar Mendatar. (USGS)

Ketika dua peristiwa di atas menghasilkan patahan, gerakan Strike Slip Fault atau sesar mendatar tak menghasilkan patahan vertikal.

Lempengan akan bergerak secara mendatar dan berdampingan. Berbeda dengan gerakan sesar yang bergerak vertikal seperti di atas, sesar mendatar akan bergerak secara horisontal.

Lapisan batuan di bawah permukaan belum bergerak naik atau turun di kedua sisi sesar. Gempa palu merupakan jenis ini.

Gempa besar bermacam-macam kekuatannya. Gempa bumi yang disebabkan karena Normal Fault (sesar normal) umumnya lebih kecil dari 7 SR.

Korban meninggal akibat gempa dan tsunami Palu. (Suara.com/ANTARA/ Muhammad Adimaja)

Untuk setiap peningkatan unit magnitudo, ada peningkatan sekitar 30 kali lipat energi yang dilepaskan.

Misal gempa bumi berkekuatan 6.0 SR melepaskan 30 kali lipat energi daripada gempa berkekuatan 5.0 SR. Sementara gempa 7.0 SR berkekuatan 900 (30x30) kali lipat dari gempa berkekuatan 5.0 SR.

Jika kamu pernah merasakan gempa 5.0 SR, bisa kamu bayangkan betapa kuatnya gempa Palu.

Sementara gempa 8,6 SR akan melepaskan jumlah yang sama dengan 10.000 bom atom Perang Dunia II.

Itulah tadi penyebab gempa besar menurut ilmuwan, jangan lupa share artikel ini ya!

BACA SELANJUTNYA

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Gempa Mentawai