Jum'at, 29 Maret 2024
Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia : Senin, 01 Oktober 2018 | 09:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Gempa berkekuatan 7,7 SR (Skala Richter) baru saja mengguncang Palu dan Donggala. Tidak hanya itu, gempa besar ini juga sukses melumpuhkan kota Palu dan Donggala dengan tsunami.

Laporan terakhir dari BNBP pada hari Minggu (30/09/2018) siang menyatakan bahwa korban meninggal sudah mencapai 832 orang. 821 diantaranya berasal dari Palu sedangkan korban meninggal dari Donggala berjumlah 11 orang.

Kebanyakan korban gempa ini ditemukan meninggal karena tertimpa bangunan yang roboh dan diterjang tsunami. Hingga saat ini, evakuasi korban masih tetap dilakukan.

Gempa Palu dan Donggala yang berujung tsunami ini menghadirkan banyak kisah duka yang dirasakan keluarga korban bahkan seluruh masyarakat Indonesia.

Gempa yang terjadi pada Jumat, 28 September 2018 ini terjadi di lokasi 0.18 LS dan 119.85 BT yang berada 26 kilometer dari Utara Donggala Sulawesi Tengah. Ini merupakan gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer.

Baru-baru ini, sebuah video menjadi viral di media sosial. Pasalnya dalam video tersebut, muncul lumpur yang mengalir dan menghanyutkan rumah warga.

Video ini diunggah oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP, Sutopo Purwo Nugroho dalam akun Twitter resminya @Sutopo_PN pada Minggu (29/09/2018).

Dalam captionnya, Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan fenomena munculnya lumpur dari permukaan tanah yang menyebabkan hancurnya bangunan dan pohon di Kabupaten Sigi yang dekat perbatasan Palu.

Menurutnya, hal ini terjadi akibat gempa dan merupakan fenomena Likuifaksi (Liquefaction). Likuifaksi adalah fenomena saat tanah berubah menjadi lumpur dan kehilangan kekuatan.

Dilansir dari laman Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Likuifaksi adalah proses yang membuat kekuatan tanah menghilang dengan cepat. Kekuatan tanah yang menurun ini diakibatkan oleh getaran yang diakibatkan gempa dan guncangan.

Dalam sejarah gempa bumi di seluruh dunia, Likuifaksi menjadi salah satu penyebab kerusakan yang mengerikan.

Fenomena ini membuat turunnya daya dukung tanah terhadap tekanan di atasnya. Proses ini membuat tanah bercampur dengan air dan menjadi lumpur yang kemudian keluar dari dalam perut bumi.

Gempa Palu. (Suara.com/Muhammad Yasir)

Likuifaksi ini terjadi jika material lepas berupa pasir yang berada di bawah muka air tanah membentuk ruang poriantar butir yang terisi oleh air.

Akibatnya, tanah yang mengalami proses Likuifaksi ini tidak mampu menahan berat apapun yang berada di atasnya.

Salah satu efek dari fenomena ini adalah menurunnya permukaan tanah di tempat terjadinya Likuifaksi. Penurunan ini dapat membuat permukaan tanah menjadi dekat dengan bawah muka air tanah.

Likuifaksi sendiri merupakan efek gempa bumi dalam kelompok efek sekunder, bersama dengan kebakaran, tanah longsor, dan tsunami.

Jauh sebelum gempa Palu, pada gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta pada Mei 2007 juga memperlihatkan gejala Likuifaksi yang menyebabkan kerusakan serius pada bangunan dan infrastruktur di Yogyakarta.

BACA SELANJUTNYA

Mengapa Gempa 14 April 2023 Terasa di Banyak Wilayah? Begini Penjelasan BMKG