Rabu, 24 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Amelia Prisilia : Kamis, 04 Oktober 2018 | 13:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Gempa dan tsunami yang melumpuhkan wilayah Sulawesi Tengah khususnya Palu dan Donggala menjadi duka seluruh daerah di Indonesia.

Gempa berkekuatan 7,4 SR ini disebabkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan struktur sesar mendatar atau yang disebut sebagai Slike-Slip.

Yang terjadi di Palu dan Donggala ini masuk dalam kategori gempa dangkal dengan kedalaman 10 kilometer yang cukup menimbulkan kerusakan besar.

Sumber gempa kali ini terjadi akibat pergeseran sesar Palu Koro. Palu sendiri merupakan daerah yang dilalui oleh patahan aktif yang memanjang dari timur yang disebut sebagai Patahan Matano (Matano Fault).

Setidaknya, sudah tercatat ada 10 tragedi yang sama dan terjadi di daerah Palu dan Donggala.

Melihat sejarahnya, beberapa orang berpendapat jika gempa Palu berkaitan dengan asal muasal nama Kota Palu yaitu Topalu'e.

Asal muasal Kota Palu. (twitter/HistoriDunia)

Topalu'e memiliki arti, tanah yang terangkat. Menurut banyak sejarah, dahulu daerah ini merupakan lautan. Saat terjadi gempa dan pergeseran lempeng (Palu Koro), daerah yang tadinya lautan ini menjadi terangkat dan membentuk daratan lembah yang kini dikenal sebagai Kota Palu.

Melihat dari asal muasalnya ini, sangat mungkin jika kedua hal tersebut berkaitan. Apalagi kota Palu adalah daerah yang muncul karena hasil pergerakan lempeng bumi antara lempeng samudera dan lempeng benua.

Untuk itu, daerah yang berada di antara dua lempeng ini akan sangat berpotensi mengalami gempa hingga tsunami.

Melihat dari geografisnya, Kota Palu adalah kota lima dimensi degan lembah, lautan, sungai, pegunungan, hingga teluk.

Dataran Kota Palu dikelilingi oleh pegunungan dan pantai. Wilayah Kota Palu berada pada ketinggian 100 - 500 mdpl dan hanya 18,38 Km terletak di dataran yang lebih rendah.

Asal muasal Kota Palu. (twitter/nanda_rizkii)

Letaknya yang berada di utara khatulistiwa membuat Kota Palu dikenal sebagai salah satu kota tropis terkering di Indonesia dengan curah hujan kurang dari 1.000 mm per tahun.

Gempa disusul tsunami yang terjadi ini menimbulkan semburan lumpur dari bawah tanah yang disebut sebagai likuifaksi.

Likuifaksi adalah fenomena saat tanah berubah menjadi lumpur dan kehilangan kekuatannya. Fenomena ini membuat kekuatan tanah menghilang dengan cepat dan menurun akibat getaran dan gempa.

Indonesia sebagai negara kepulauan memang sangat rentan dengan gempa dan tsunami, peningkatan kewaspadaan terhadap bencana perlu ditingkatkan. Hingga hari ini, proses efakuasi korban gempa Palu masih dilakukan oleh pihak berwajib. Kita nantikan kabar selanjutnya ya.

BACA SELANJUTNYA

Penjelasan BMKG Soal Penyebab Gempa Mentawai