Sabtu, 27 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Kamis, 25 Oktober 2018 | 13:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Jika kamu sangat ingin memiliki emas karena harganya yang mahal, kamu harus berpikir ulang. Di luar sana, ternyata terdapat jamur ulat (Yarsa Gumba) yang lebih mahal daripada emas.

Selama musim panas yang terjadi di dataran tinggi Tibet, warga lokal sangat bersemangat berburu Yarsa Gumba.

Musim panas di Tibet kira-kira berlangsung pada tanggal 21 Juni sampai 23 September.

Ophiocordyceps sinensi yang dikenal sebagai Yarsa Gumba merupakan jamur entomopatogen yang tumbuh pada serangga. Ia tumbuh pada larva ngengat dalam keluarga Hepialidae.

Benjolan oranye yang terdapat pada Yarsa Gumba sebenarnya adalah ulat yang mati.

Sementara ''tongkat'' di bawahnya adalah jamur parasit yang melahap ulat malang tersebut.

Jamur ulat saat ditimbang. (Wikipedia/ Baburkhan)

Ribuan orang yang tinggal di Tibet dan Bhutan menggantungkan hidupnya pada jamur ulat ini. Mereka memiliki mata pencaharian dengan mencari Yarsa Gumba dan menjualnya di pasar.

Yarsa Gumba sangat berharaga dalam sistem pengobatan tradisional Cina dan Tibet. Ia dipercaya dapat digunakan sebagai penguat sistem kekebalan tubuh dan mengobati kanker.

Ilmuwan belum bisa membuktikan khasiat Yarsa Gumba secara ilmiah mengenai zat anti kanker miliknya.

Setelah diteliti oleh ilmuwan, tubuh jamur ulat itu memang memiliki beberapa efek farmasi khusus.

Kandungan kimianya dikonfirmasi oleh ilmuwan mempunyai kandungan kimia yang dapat mengatasi hiposeksualitas, keringat dingin, hiperglikemia, hiperlipidemia, astenia, aritmia, serta penyakit jantung, pernapasan, ginjal dan hati.

Dikutip dari ZME Science, harga standar Yarsa Gumba di pasaran pada tahun 2008 sekitar 13 ribu dolar AS atau Rp 198 juta per kilogram.

Ia mendapatkan julukan ''emas lunak'' di Cina. Pada Agustus 2012, harganya naik menjadi 111 ribu dolar AS atau Rp 1,7 miliar per kilogram.

Yarsa Gumba sedang dipilih oleh pengepul. (PeopleFoodandNature)

Bahkan Yarsha Gumba dalam kondisi gemuk dan bagus bisa dihargai dengan harga yang mencapai 140 ribu dolar AS atau Rp 2,1 miliar per kilogram.

Pasar global untuk ''emas lunak'' ini diperkirakan bernilai 5 hingga 11 miliar dolar AS atau Rp 76 triliun hingga Rp 167 triliun.

Yarsa Gumba menyumbang sebagian besar PDB Tibet dan Bhutan. Penelitian memperkirakan bahwa 40 persen pendapatan tunai pedesaan di Daerah Otonomi Tibet didapat dari ''emas lunak''.

Kelly Hopping, seorang peneliti dari Boise University telah mewawancarai ratusan kolektor Yarsa Gumba untuk memperkuat penelitiannya. Ia juga mengumpulkan sampel dan menganalis ilklim Himalaya yang dingin.

Penelitiannya yang telah dipubilkasikan di dalam Proceedings of National Academy of Sciences menemukan bahwa jamur ulat semakin sedikit jumlahnya.

Warga Nepal, Tibet, dan Bhutan berbondong-bondong ke Himalaya untuk mencari jamur ulat. (Chinadialogue)

Itu terjadi karena eksploitasi yang berlebihan dan perubahan iklim yang terjadi. Jamur ulat hanya dapat tumbuh di ketinggian 3 ribu hingga 5 ribu meter pada suhu -15 hingga -5 derajat Celcius.

Karena kondisi iklim yang mulai menghangat, jamur ulat menjadi lebih sedikit jumlahnya.

Penelitian mengenai jamur ulat sangat menarik karena membuat manusia sadar akan adanya perubahan iklim.

Setelah melihat harga Yarsa Gumba, apakah kamu ikut tertarik untuk mencari jamur ulat satu ini?

BACA SELANJUTNYA

Siapa Ibnu Al Haitam? Ternyata Kontribusinya di Bidang Optik Bikin Tercengang