Sabtu, 04 Mei 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Senin, 03 Desember 2018 | 13:00 WIB

Hitekno.com - Peta perubahan Bumi dari tahun 1992 divisualisasikan oleh seorang peneliti yang bernama Tomasz Stepinski.

Peneliti yang merupakan pakar Ilmu Bumi tersebut secara langsung menyiratkan bahwa manusia merupakan penghancur terbaik.

Bagaimana tidak, penelitian yang ada mengungkapkan bahwa sebanyak 22 persen ''wajah Bumi'' berubah berkat manusia.

Penelitian tersebut sudah diterbitkan di dalam International Journal of Applied Earth Observation and Geoinformation pada akhir Oktober 2018.

Stepinski dan tim peneliti yang ada di laboratorium Space Informatics Lab (SPI) University of Cincinnati menggambarkan peta Bumi dari tahun 1992 hingga 2015.

Mereka menggarisbawahi bahwa perubahan yang ada sebagian besar diakibatkan karena ulah manusia.

Peta perubahan Bumi di wilayah Afrika dan Oseania sejak tahun 1992. (Science Direct/ Tomasz Stepinski)

Perubahan paling umum adalah hilangnya hutan karena pertanian. Perubahan paling umum kedua adalah sebaliknya, perubahan lahan pertanian ke hutan.

Cepatnya pembangunan manusia juga berakibat dengan berubahnya padang rumput, hutan, dan pertanian.

Dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan, peneliti menggunakan data satelit yang dikumpulkan oleh European Space Agency's Climate Change Initiative.

Data yang ada mencakup peta geospasial tutupan lahan yang dirancang untuk memantau perubahan iklim.

Terdapat 13 warna indikator yang mencerminkan perubahan Bumi dari tahun 1992 di suatu wilayah.

Hasil pengembangan hutan di pedalaman Cina, Afrika Barat, dan Rusia digambarkan dengan warna hijau gelap.

Sementara hilangnya hutan di Cina sebelah tenggara dan urbanisasi besar-besaran di Cina timur laut, diwakili oleh warna merah marun dan merah muda.

Hal yang menyedihkan adalah banyaknya warna merah warna merah marun di wilayah garis khatulistiwa.

Itu menandakan wilayah paru-paru Bumi sudah semakin menyusut.

Peta perubahan Bumi di wilayah Amerika sejak tahun 1992. (Science Direct/ Tomasz Stepinski)

Wilayah seperti Afrika sebelah timur, Indonesia dan Brazil cukup mengkhawatirkan terkait dengan warna merah marun yang banyak.

''Saya punya dua tujuan. Tujuan pertama saya bahkan tidak ilmiah, yaitu agar orang melihat peta ini dan menyadari apa yang terjadi,'' kata Stepinski dikutip dari Vice.

Ia juga menjelaskan bahwa tujuan keduanya adalah agar peta ini menjadi permulaan bagi ilmuwan lain.

Para ilmuwan dapat melihat dan mengidentifikasi suatu tempat di peta dan melakukan lebih banyak penelitian lain.

Peta perubahan Bumi memperjelas bahwa kerusakan yang ditimbulkan oleh manusia dari tahun ke tahun semakin besar.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan