Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Zaman Batu merupakan sebuah zaman di mana para peneliti menemukan sesuatu yang menarik mengenai tradisi yang terjadi. Ritual potong jari merupakan salah satu tradisi yang dilakukan oleh suku kuno.
Dari lukisan yang mereka tinggalkan, orang Zaman Batu sepertinya ingin memperlihatkan ''sesuatu'' mengenai ritual mereka.
Para peneliti mengamati terdapat sesuatu yang aneh mengenai jari yang hilang di dalam lukisan gua pada Zaman Batu.
Penelitian yang ada mengungkapkan bahwa suku kuno di seluruh bagian dunia ternyata mempraktikkan hal yang sama.
Baca Juga
Orang-orang Zaman Batu sangat menarik untuk dipelajari dalam perspektif antropologis.
Menggunakan alat-alat sederhana seperti batu, tongkat, dan kecerdikan mereka sendiri, orang-orang Zaman Batu mampu menciptakan hal menakjubkan.
Mereka berhasil membangun masyarakat yang kompleks, ahli dalam membuat api, dan menyebar hampir ke seluruh dunia.
Sekitar 50 ribu tahun yang lalu atau sering disebut ilmuwan sebagai periode "Paleolitik Hulu", suku kuno meninggalkan karya seni menarik.
Orang-orang Zaman Batu mampu menciptakan tradisi tarian, lukisan gua, dan artefak yang bisa ditemukan dan diteliti oleh ilmuwan modern.
Suku kuno meninggalkan jejak mereka di dinding gua, dan entah kenapa banyak lukisan tempelan tangan dengan jari yang hilang.
Penelitian yang diterbitkan di Journal of Paleolithic Archaeology Springer mengungkap berbagai alasan mengapa suku kuno memotong jari mereka.
Dikutip dari Popular Mechanics, tiga orang peneliti yang terdiri dari Brea McCauley, David Maxwell, dan Mark Collard menemukan bahwa alasan suku kuno memotong jari sangat bervariasi.
Teori sebelumnya mengungkapkan orang-orang Zaman Batu mengamputasi jari karena terkena radang dingin.
Namun peneliti menemukan lukisan dengan jari terpotong, terjadi juga di iklim yang lebih hangat.
Setelah diteliti, terdapat 121 budaya dari suku kuno di seluruh dunia yang melakukan ritual potong jari.
Hipotesis yang dikemukakan oleh ilmuwan mengungkapkan bahwa orang-orang Zaman Batu memotong jari sebagai simbol keberuntungan.
Para ibu akan memotong dan memakan jari anak mereka untuk memberikan keberuntungan dalam hidup.
Beberapa suku kuno akan melakukan ritual potong jari sebagai tanda duka cita karena kehilangan orang yang dicintai.
Ritual potong jari juga digunakan sebagai hukuman ketika orang Zaman Batu melakukan pembunuhan terhadap manusia lain.
Ritual potong jari bukan sebuah kebetulan karena terjadi di seluruh dunia, peneliti masih akan menguji teori yang ada dan diharapkan manusia modern akan menemukan jawaban pastinya.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Pakar Ungkap Keresahannya Terkait AI, Bisa Ancam Umat Manusia?
-
Peneliti Ungkap Rahasia untuk Berkomunikasi dengan Kucing, Ini Kuncinya
-
Ilmuwan Temukan Mikroba di Kutub yang Bisa Urai Plastik
-
Pertama di Dunia, Ilmuwan Berhasil Ciptakan Transistor dari Kayu
-
Mencairnya Es di Antartika Bakal Bawa Dampak Buruk ke Laut, Ini Sebabnya
-
Ketar-ketir dengan Starlink-nya Elon Musk, China akan Luncurkan 13000 Satelit
-
Ilmuwan Temukan Microplastik di Pembuluh Darah Manusia, Miris
-
Langit Indonesia Akan Dilintasi Komet Langka pada Awal Februari 2023
-
Penjelasan Peneliti BRIN Soal Pulau Baru Muncul di Tanimbar Usai Gempa Maluku
-
Prediksi Badai Dahsyat yang Picu Polemik, Peneliti BRIN Akhirnya Minta Maaf