Sabtu, 20 April 2024
Dinar Surya Oktarini : Minggu, 23 Desember 2018 | 11:30 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Wilayah pantai di Selat Sunda dan pantai di kawasan Kabupaten Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan diterjang tsunami sekitar pukul 21.27 WIB pada Sabtu malam (22/12/2018).

Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sudah mendeteksi dan memberikan peringatan dini gelombang tinggi yang berlaku dari tanggal 22 Desember pukul 07.00 hingga 25 Desember 2018 pukul 07.00 di wilayah perairan Selat Sunda.

Dalam siaran pers BMKG yang diunggah dalam Twitternya peristiwa tsunami di Pantai Barat Banten tidak dipicu oleh gempa bumi.

Mencermati peristiwa tsunami tersebut, pihak BMKG merilis siaran pers mengenai hal ini.

Gelombang tinggi karena cuaca

Selain sudah memprediksi adanya gelombang tinggi yang terjadi di perairan Selat Sunda antara tanggal 22 hingga 25 Desember 2018.

BMKG juga menyatakan pukul 09.00-11.00 dari laporan team lapangan BMKG, terjadi hujan lebat dan angin kencang di perairan Anyer.

Erupsi Gunung Anak Krakatau

BMKG kordinasi dengan Badan Geologi melaporkan bahwa pukul 21.03. Gunung Krakatau kembali erupsi sehingga peralatan seismometer setempat rusak, tetapi seismic Stasiun Sertung merekam adanya getaran tremor terus menerus (tidak ada frekuensi tinggi yang mencurigakan).

Dilansir dari siaran pers BMKG, dari rekaman seismik dan laporan masyrakat, peristiwa tsunami yang terjadi di Selat Sunda peristiwa ini tidak disebabkan oleh aktivitas gempa bumi tektonik namun sensor Cigeulis (CGJI) mencatat adanya aktivitas seismic dengan surasi kurang lebih 24 detik dengan frekuensi 8-16 Hz.

Tsunami Selat Sunda. (Twitter/@infoBMKG)

Menurutnya, pihak BMKG hingga saat ini masih melakukan penelitian lebih lanjut. Namun, dapat dipastikan tsunami yang terjadi bukan dipicu oleh gempa bumi, karena tidak terdeteksi adanya aktivitas tektonik yang terjadi.

Kemungkinan, tsunami ini terjadi akibat longsor bawah laut karena pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau yang kemudian memicu gelombang pasang akibat pengaruh bulan purnama.

Dilansir dari Suara.com, data sementara hingga Minggu (23/12/2018) pukul 07.00 WIB, tercatat ada 43 orang meninggal dunia, 584 orang luka-luka, 2 orang hilang, dan ratusan bangunan mengalami kerusakan.

Hingga saat ini BMKG masih menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak benar. Juga dihimbau untuk tetap menjauh dari pantai perairan Selatn Sunda hingga ada perkembangan informasi dari BMKG dan Badan Geologi.

BACA SELANJUTNYA

Link Live Streaming Gerhana Matahari Hibrida, Pengamatan Langsung dari Indonesia