Selasa, 30 April 2024
Agung Pratnyawan | Amelia Prisilia : Rabu, 02 Januari 2019 | 18:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Sebagai salah satu negara yang sebagian besarnya didominasi dengan daerah perairan, sudah sepatutnya untuk Indonesia dilengkapi dengan alat pendeteksi tsunami yang mumpuni. Sayangnya, alat ini sering kali hilang hingga rusak. Lalu bagaimana cara kerja alat pendeteksi tsunami ini?

Negara Indonesia sebelumnya dilengkapi dengan Deep-Ocean Tsunami Detection Buoy atau alat pendeteksi tsunami berjumlah 21 buoy yang merupakan hadiah dari negara Jerman, Amerika Serikat, dan Malaysia.

Sayangnya, sejak 2012, Indonesia sudah tidak lagi memiliki alat pendeteksi tsunami. Hal ini lalu yang membuat Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi tsunami pasca gempa dengan menggunakan metode pemodelan. Metode ini dilakukan dengan perhitungan lunak berdasarkan pusat kedalaman dan magnitudo gempa.

Ilustrasi tsunami. (pixabay/WikiImages)

Hal ini tentu sangat disayangkan. Pasalnya, sebagai negara dengan garis pantai nomor dua terpanjang di dunia, peranan buoy atau alat pendeteksi gempa tentu sangat penting.

Lalu bagaimana cara kerja buoy? Buoy yang ditempatkan terapung di atas laut ini rupanya bekerja sama dengan sebuah alat pengukur tekanan gelombang laut yang berada di dasar laut.

Saat tekanan dan tinggi gelombang laut berubah, alat ini akan langsung melaporkan ke buoy secara akurat. Data ini lalu diterima satelit dan alarm peringatan dini langsung aktif.

Pertanyaan lainnya, mengapa buoy tersebut lenyap? Diungkapkan oleh Sutopo Purwo Nugroho selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hal ini disebabkan oleh kurangnya biaya pemeliharaan dan operasi.

Alat pendeteksi gempa. (Wikipedia/Pacific Marine Environmental Laboratory)

Selain rusak, rupanya buoy juga sering hilang. Entah karena apa. Pada catatan BMKG di tahun 2011 lalu, tujuh unit buoy di perairan Banyuwangi tidak sengaja rusak karena para nelayan.

Di Indonesia, alat pendeteksi gempa atau buoy ini dipasang di perairan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cilacap, Bali, Laut Flores, Laut Maluku, dan Laut Banda. Alat ini dipasang terapung pada jarak 800 kilometer dari tepi pantai.

Walaupun tanpa buoy, BMKG tetap masih bisa memberikan peringatan dini tsunami. Namun, tentu akan lebih baik jika menggunakan buoy untuk kecepatan dan akurasi data sekaligus untuk menyelamatkan populasi.

Sudah mengenal dan tahu mengenai betapa pentingnya buoy atau alat pendeteksi tsunami ini? Jangan dirusak atau hilang lagi ya, dan kita nantikan keputusan pemerintah untuk pasokan Deep-Ocean Tsunami Detection Buoy.

BACA SELANJUTNYA

Memeriahkan Ramadan, POCO Indonesia Hadirkan Harga Menarik