Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Istilah Supermoon dicetuskan para ahli astrologi untuk penyebutan fenomena alam pada Bulan yang membuatnya terlihat sangat besar. Fenomena Supermoon yang terjadi pada 21 Januari 2019 ini ternyata berdampak ke Indonesia.
Fenomena Supermoon ini terjadi bersamaan dengan gerhadan Bulan total yang mempengaruhi kondisi pasang maksimum air laut.
Menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), ketinggian pasang air laut ini berdampak ke wilayah pesisir Indonesia.
Dampak dari fenomena Supermoon tersebut dapat menganggu kegiatan transportasi, perikanan, produksi garam, dan bongkar-muat di pelabuhan di wilayah pesisir utara Jakarta, pesisir utara Jawa Tengah, pesisir utara Jawa Timur, pesisir Cilacap, pesisir Tanjung Benoa, pesisir Kalimantan Barat, dan pesisir Makassar di Sulawesi Selatan.
Baca Juga
''Untuk wilayah Jakarta, bisa berpotensi banjir bila terjadi hujan lebat di wilayah hulu jika air tidak terserap dan terhambat mengalir ke laut karena sedang pasang naik,'' kata Mulyono Rahadi Prabowo, Deputi Bidang Meteorologi BMKG.
Sementara itu, sebuah Bulan dapat didefinisikan sebagai supermoon bila berada pada jarak sekitar 90 persen dari titik terdekatnya dengan Bumi.
Pengertian ini dicetuskan pertama kali oleh Richard Nolle pada tahun 1979. Dengan kata lain, setiap Bulan Purnama yang mencapai jarak minimal 361.740 kilometer atau kurang dari Bumi, yang diukur dari pusat Bulan ke pusat Bumi, dapat disebut sebagai Supermoon.
Dilansir dari EarthSky, fenomena Supermoon pada 21 Januari 2019 akan membuat Bulan mencapai pada jarak sekitar 357.715 kilometer dari Bumi.
Tak hanya itu, tercatat ketika Supermoon terjadi kenaikan air laut bisa mencapai sekitar 5 cm lebih tinggi daripada pasang biasa saat Bulan Purnama yang bukan Supermoon terjadi.
Pada tahun 2019 kali ini, dikabarkan akan terjadi fenomena supermoon atau lunar perigee sebanyak tiga kali. (Suara.com/Lintang Siltya Utami)
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Gempa M 6.4 Guncang Yogyakarta, Langsung Diikuti Beberapa Gempa Susulan
-
Gempa M 6.4 Guncang Yogyakarta, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami
-
El Nino Diperkirakan Tiba di Bulan Agustus 2023, Apakah Berbahaya?
-
El Nino 2023 Diprediksi Melanda Indonesia, Ini Dampak dan Tanda-tandanya
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Kapan Gerhana Bulan Penumbra Terjadi Mei 2023, Terlihat dari Indonesia?
-
Apa Itu Gerhana Bulan Penumbra, Kapan Terjadi Tahun 2023 Ini?
-
BMKG Menyarankan Masyarakat Tampung Air Hujan Jelang Kemarau
-
Penjelasan Apa Itu Gelombang Panas, Fenomena yang Jadi Perbincangan
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya