Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Tentara AS (Amerika Serikat) diketahui mencoba menanamkan AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan ke dalam robot pembunuh mereka. Itu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan robot dalam mengidentifikasi dan menyerang target.
Bulan Februari 2019, U.S. Army (Angkatan Darat AS) memanggil beberapa perusahaan swasta untuk melakukan diskusi khusus.
Isi diskusi khusus itu adalah pengeluaran ide-ide tentang bagaimana meningkatkan sistem penargetan semi-otonom.
Sistem tersebut rencananya akan digerakkan oleh AI teroptimasi khusus pada tank.
Baca Juga
Tentara AS meminta bantuan agar sistem ATLAS (Advanced Targeting dan Lethality Automated System) meningkat secara siginifikan.
Sistem ATLAS diharapkan dapat ''memperoleh, mengidentifikasi, dan melibatkan'' target setidaknya 3X lebih cepat daripada proses manual saat ini.
Tetapi rencana tentara AS itu tampaknya membuat sebagian orang khawatir tentang kebangkitan robot pembunuh yang ditenagai dengan teknologi AI.
Seperti yang telah diketahui, pada tahun 2017, tentara AS sudah dapat mengembangkan robot tank yang dinamakan dengan MUTT (Multi-Utility Tactical Transport).
Namun robot tersebut harus dikendalikan oleh seorang tentara agar dapat berjalan dan menembak target.
Dikutip dari Gizmodo, dengan adanya AI, robot MUTT kemungkinan dapat berjalan secara otomatis dan dapat mengidentifikasi target menggunakan algoritma khusus.
Melihat potensi AI itu, banyak orang khawatir bahwa robot tank itu akan menjadi mesin pembunuh yang melanggar etika perang.
Melihat kontroversi yang ada, Departemen Pertahanan AS menegaskan bahwa mesin robot pembunuh yang sepenuhnya otonom masih tidak diizinkan membunuh orang-orang di medan perang.
''Semua pengembangan dan penggunaan fungsi otonom dan semi-otonom dalam sistem persenjataan, termasuk platform berawak dan tak berawak, tetap tunduk pada pedoman Departemen Pertahanan (DoD) Directive 3000.09, yang diperbarui pada 2017,'' kata Departemen Pertahanan dalam keterangan resmi mereka.
(DoD) Directive 3000.09 mensyaratkan bahwa manusia dapat melakukan tingkat penilaian yang tepat atas penggunaan kekuatan.
Aturan itu bisa juga disebut ''In the Loop'', yang berarti bahwa manusia yang membuat keputusan akhir apakah robot akan membunuh seseorang atau tidak.
Jika aturan itu terus dipatuhi dan tidak ada kesalahan dalam diri robot (bug atau virus), robot tidak mempunyai kewenangan untuk membunuh orang di medan perang.
Namun yang pasti, tak hanya tentara AS, semua ilmuwan di negara lain juga harus berhati-hati dalam menggunakan teknologi AI untuk mengembangkan mesin pembunuh.
Jika mengalami kesalahan, teknologi AI yang ada di robot pembunuh dapat menghancurkan umat manusia (termasuk tentara AS).
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Universitas Indonesia dan Yandex Gelar Seminar AI yang Komprehensif
-
Apa yang Bisa Dilakukan AI pada Samsung Galaxy S24 Series
-
Lenovo Rilis Layanan dengan Teknologi AI, Bantu Transformasi Digital dalam Perusahaan
-
Pakai Teknologi AI, Virtual News Anchor Kini Hadir di Industri Media Digital
-
Peran Universitas Gunadarma Dalam Mengembangkan Robotik Untuk Indonesia
-
Dyson Umumkan Jajaran Produk Cerdas untuk Membersihkan Rumah
-
Microsoft Work Trend Index 2023, Teknologi AI Mengubah Cara Kerja di Indonesia
-
Kenapa Apple Larang Karyawan Pakai ChatGPT di Tempat Kerja? Ini Alasannya
-
Zoho Integrasikan ChatGPT dengan Zia, Perkuat Kemampuan AI Generatif
-
Manfaat Chat GPT dan Cara Menggunakannya