Selasa, 16 April 2024
Galih Priatmojo | Rezza Dwi Rachmanta : Sabtu, 16 Maret 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Ilmuwan asing baru saja melakukan penelitian mengenai manusia purba di Indonesia tepatnya di Pulau Flores. Mereka menggali sisa-sisa kuno lebih dari 10 ribu tikus untuk menemukan fakta mengejutkan mengenai manusia purba di pulau tersebut.

Seorang peneliti sekaligus paleoanthropolog yang bernama Elizabeth Veatch mengatakan bahwa ini merupakan hasil penelitian yang menakjubkan.

Ia menganalogikan ini seperti ''mimpi yang menjadi kenyataan''. Hal itu karena analisisnya tentang tulang tikus membantu para peneliti untuk lebih memahami kehidupan hobbit kuno yang pernah menghuni pulau Flores.

Pulau yang masuk wilayah administrasi Nusa Tenggara Timur, Indonesia tersebut membuat para peneliti asing tercengang.

Saat pertama kali dijelaskan dalam jurnal ilmiah pada tahun 2003, peneliti menemukan bahwa Homo floresiensis merupakan manusia purba setinggi 107 sentimeter.

Pada saat mereka tinggal, manusia purba itu ternyata berdampingan dengan hewan raksasa seperti komodo, bangau setinggi 183 sentimeter, dan burung nasar dengan lebar sayap 183 sentimeter.

Ilustrasi ukuran tikus yang ditemukan di gua. (Emory University)

Mereka juga tinggal dengan hewan herbivora kecil seperti gajah yang disebut Stegodon yang sering berkeliaran di padang rumput tropis.

Tak hanya, itu peneliti juga menemukan hal mencengangkan lainnya. Terselip di gua Liang Bua, terdapat alat-alat batu, sisa sisa tulang manusia purba, dan 275 ribu tulang binatang yang sebagian besar adalah tulang tikus.

Dikutip dari IFLScience, para peneliti menganalisis 10 ribu tulang tikus dan menemukan bahwa mereka mencakup lima spesies dengan ukuran yang berbeda.

Mulai dari Rattus hainaldi (seukuran tikus kecil) hingga Papagomys armandvillei, yang juga dikenal sebagai tikus Flores raksasa (binatang pengerat yang ukurannya sebesar kucing).

Berbagai kelimpahan dari spesies tikus yang berbeda ini menunjukkan bagaimana ekologi pulau berubah dari waktu ke waktu.

Peneliti dari Emory University sedang mengamati sedimen dan objek penelitian. (Emory University)

Itu karena morfologi spesies tikus yang berbeda cenderung beradaptasi dengan lingkungan pilihan mereka.

Sebagai contoh, tikus raksasa lebih suka padang rumput terbuka, sedangkan P. armandvillei lebih suka daerah hutan tertutup.

Selain itu, peneliti dapat mengetahui evolusi makanan manusia purba dari waktu ke waktu.

Penelitian manusia purba ini dibantu oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (ARKENAS) dan telah dipublikasikan di jurnal internal Emory University.

BACA SELANJUTNYA

Ketar-ketir dengan Starlink-nya Elon Musk, China akan Luncurkan 13000 Satelit