Jum'at, 19 April 2024
Agung Pratnyawan | Rezza Dwi Rachmanta : Kamis, 28 Maret 2019 | 08:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Pada Desember 2017, Donald Trump mengarahkan NASA untuk mengirimkan kembali astronot Amerika ke Bulan. Semakin berkembang, hari Selasa (26/03/2019) pada pertemuan kelima Dewan Antariksa Nasional, Wakil Presiden AS, Mike Pence menjelaskan bahwa astronot Amerika akan menjalani misi di kutub selatan Bulan.

Tak asal kembali ke Bulan, astronot akan mendarat di kutub selatan Bulan karena di tempat tersebut terdapat es yang bisa menjadi bahan bakar roket.

''Di abad ini, kita akan kembali ke Bulan dengan ambisi baru. Tidak hanya sekadar melakukan perjalanan ke sana, kita akan menambang oksigen dari batu Bulan yang akan mengisi bahan bakar pesawat kita, menggunakan tenaga nuklir untuk mengekstrak air dari kawah-kawah di kutub selatan Bulan,'' kata Mike Pence dalam keterangannya.

Hingga satu dekade lalu, para ilmuwan tidak cukup yakin terdapat air di Bulan, karena di sana tidak memiliki atmosfer yang substansial.

Namun 10 tahun terakhir, analisis data yang dikumpulkan oleh pengorbit Bulan Chandrayaan-1 dari Organisasi Penelitian Luar Angkasa India menemukan sesuatu yang berbeda.

Mereka menemukan secara pasti terdapat es yang ada di Bulan. Sebagian besar es terdeteksi oleh Chandrayaan-1 terletak pada kawah di kutub selatan Bulan.

Penampakan es di permukaan Bulan dari pesawat Chandrayaan 1. (NASA)

Daerah tersebut sangat dingin karena secara permanen ada pada daerah berbayang di Bulan. Suhunya tidak pernah naik di atas -121 derajat Celcius, mencegah es menguap ke luar angkasa.

Jim Bridenstine, salah satu ilmuwan NASA, menjelaskan bahwa adanya es di Bulan merupakan sebuah kabar baik bagi masa depan manusia di luar angkasa.

''Adanya es berarti terdapat penopang kehidupan, udara untuk bernafas, air untuk minum, hidrogen dan oksigen, yang merupakan pendorong roket di Bulan,'' kata Bridenstine dikutip dari Wired.

Dengan adanya pendorong roket dari ekstraksi es Bulan, perjalanan selanjutnya ke Mars kini tak membutuhkan waktu bertahun-tahun, bahkan bisa dicapai dalam hitungan Bulan.

Amerika berambisi dapat mengirim astronot kembali ke Bulan pada 2024 dan paling lambat hingga tahun 2028.

Potensi es di kutub selatan Bulan yang bisa diekstrasi. (Wikipedia/ NASA)

Namun meski terdengar positif, namun misi itu masih ada beberapa hambatan.

Jack Burns, seorang astrofisika di University of Colorado sekaligus ilmuwan NASA menjelaskan bahwa betapa sedikit pengetahuan kita tentang es di Bulan.

Meskipun data mengatakan bahwa terdapat lebih dari 500 miliar kilogram es di Bulan, ilmuwan masih berusaha menemukan cara untuk mencairkannya.

''Sebelum meletakkan sepatu bot astronot ke atas tanah di kutub, kita sangat membutuhkan misi robot untuk mencari dan mencairkan es di kutub bulan," kata Burns dalam penjelasannya.

Meski terdapat beberapa kendala, jika Amerika Serikat berhasil mengirim astronot ke kutub selatan Bulan, itu akan menjadi lompatan besar bagi kolonialisasi manusia di luar angkasa.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan