Kamis, 25 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Sabtu, 20 April 2019 | 07:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Dari tahun ke tahun, AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan semakin berkembang kemampuannya. Tak hanya bisa mengoptimasi mesin dan software, kini AI juga bisa mendeteksi emosi manusia.

Di masa depan, teknologi ini akan sangat berguna bagi mesin robot untuk mengetahui kepuasan pelanggan melalui pendeteksian emosi.

Misal, apabila muncul sebuah pesan pop-up ''Apakah kamu senang terhadap aplikasi ini?'', biasanya komputer tidak terlalu peduli dengan perasaan kita.

Mesin hanya memproses data yang masuk melalui pilihan ''ya'' atau ''tidak'' tanpa mengerti perasaan pengguna sebenarnya.

Di masa depan, hal ini tidak akan terjadi karena AI bisa mendeteksi apakah kita kecewa dengan aplikasi atau kita menyukai.

Sebuah startup yang bernama Affectiva sedang berusaha keras mewujudkannya karena presentasi kerja mereka telah lebih dari 50 persen.

Mereka memproleh dana dari investor sebesar 34,3 juta dolar AS atau Rp 480 miliar untuk mengembangkan lebih dalam teknologi tersebut.

Itu seperti menggabungkan antara ilmu psikologi dengan ilmu komputer.

Perusahaan sudah berhasil mendeteksi beberapa tekstur wajah yang ditangkat oleh mesin yaitu marah, sedih, kecewa, tersipu, dan beberapa kondisi lainnya.

Mereka akan berusaha mengembangkan teknologi pendeteksian wajah menggunakan kecerdasan buatan sehingga bisa mendeteksi emosi manusia lebih dalam lagi.

Perusahaan pesaing, Neurodata Lab juga mengembangkan teknologi yang sama dengan memanfaatkan gestur mikro pada wajah.

Mereka mengembangkan sistem pendeteksi emosi berdasarkan dari Facial Action Coding System (FACS).

Sistem tersebut diciptakan oleh Paul Ekman dan Wallace Friesen pada tahun 1970-an dan 1980-an.

Secara harfiah, sistem itu akan menuliskan kode di mana setiap gerakan kecil wajah dapat digambarkan melalui apa yang disebut ''Unit Aksi''.

Misalnya, kesedihan dapat dilaporkan sebagai 1 + 4 + 15 (pengangkat alis bagian dalam, alis lebih rendah, penekanan sudut bibir).

Sementara kebahagiaan digambarkan sebagai 6 + 12 (pengangkatan pipi + penarikan sudut bibir).

Para peneliti dan pemrogram di Neurodata Lab menerjemahkan tersebut ke dalam sistem AI terbaru mereka sehingga dapat mendeteksi emosi pengguna.

Teknologi AI ketika mendeteksi emosi manusia di dalam mobil. (Affectiva)

George Pliev, CEO dari Neurodata Lab mengatakan bahwa jaringan saraf tiruan bisa berkembang pesat di masa depan.

''Dari sudut pandang teknologi, sistem pengenalan emosi yang akurat dimungkinkan dari pengembangan aktif jaringan saraf tiruan melalui program AI," kata George Pliev dikutip dari Digital Trends.

Teknoogi ini kabarnya diminati oleh sebuah produsen mobil ternama yang dirahasiakan namanya.

Nantinya, ketika AI mendeteksi bahwa pipi pengguna merah, ia akan menghidupkan AC secara otomatis.

Sementara ketika raut pengguna kelelahan dan pengemudi terlihat tidak sehat, AI akan menyarankan pengguna untuk menepi dan beristirahat.

Teknologi AI atau kecerdasan buatan yang bisa mendeteksi emosi pengguna diprediksi berkembang pesat dalam 10 tahun ke depan.

BACA SELANJUTNYA

Peran MCU 8-bit dalam Mendorong Kemajuan Teknologi Pertanian Pintar