Aktifkan Notifikasimu
Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.
Hitekno.com - Seperti yang dilapoorkan NASA, ukuran massa bulan kian menyusut. Hal ini berpengaruh pada kerutan yang bisa menyebabkan gempa.
Penyusutan ukuran massa bulan ini berpengaruh pada bagian intinya yang semakin mendingin. Permukaan bulan yang keras lalu kelamaan akan meretak dan membentuk garis patahan.
Akibat fenomena ini, permukaan bulan menjadi lebih rendah 150 kaki atau setara 45 meter dalam beberapa ratus juta tahun terakhir.
Melalui akun Twitter miliknya, NASA memamerkan beberapa tampilan retakan pada bulan yang membuat ukuran massa semakin menyusut.
Baca Juga
NASA menyebutkan jika patahan ini terus terjadi, sangat memungkinkan terjadi gempa di bulan. Pihak NASA menjelaskan jika fenomena ini merupakan proses sebab akibat.
Sependapat dengan NASA, para ilmuwan juga menduga jika gempa bulan ini terjadi akibat garis patahan yang semakin banyak dan membesar.
Para ilmuwan lalu sepakat bahwa penyusutan ukuran massa bulan ini masih aktif terjadi dan memungkinkan potensi gempa di era modern saat ini.
Dilansir dari Time.com, Thomas Watters selaku penulis utama penelitian dan ilmuwan senior di Pusat Studi Bumi dan Planet di Museum Dirgantara dan Luar Angkasa Smithsonian, gempa di bulan bisa saja menjadi kuat dalam waktu yang akan datang.
Sebelumnya, NASA baru saja mengumumkan mengenai adanya kandungan air yang ada di permukaan bulan. Air di permukaan bulan ini dapat membeku menjadi es dan berubah menjadi molekul air yang tersebar.
Walaupun tidak menjelaskan mengenai bahaya dari gempa bulan, namun, ilmuwan dan NASA sepertinya akan terus secara serius melakukan pengamatan mengenai ukuran massa bulan yang kian menyusut ini.
Terkini
- Mitigasi Penyebaran Abu Vulkanik, Yandex Manfaatkan Model Jaringan Neural
- Canggih, Begini Inovasi Teknologi Terkini pada Honda CBR 150
- Kolaborasi Pertamina dan UGM untuk Energi Hijau dan Peningkatan Serapan Karbon
- Pakar Mulai Percayakan Peracikan Formula Obat ke AI, Kini Masuk Tahap Uji Klinis
- Ilmuwan Temukan Objek Terpanas di Alam Semesta, Bukan Matahari apalagi Planet
- Asteroid Seukuran Gedung Tiga Lantai Sempat Dekati Bumi namun Tak Usung Bahaya
- Kabar Duka, Penemu Baterai Lithium Ion Meninggal Dunia
- Pengidap Diabetes Meningkat Pesat, Kelak Berpotensi Jangkit 1,3 Miliar Jiwa
- Rusia akan Lakukan Uji Coba Drone Selam yang Bisa Bawa Nuklir
- 3 Mitos Mengonsumsi Daging Kambing, Benarkah Bikin Darah Tinggi?
Berita Terkait
-
Ilmuwan Ungkap Struktur Inti Bulan, Hasilnya Mengejutkan
-
Kapan Gerhana Bulan Penumbra Terjadi Mei 2023, Terlihat dari Indonesia?
-
Apa Itu Gerhana Bulan Penumbra, Kapan Terjadi Tahun 2023 Ini?
-
Berapa Jarak Bumi ke Bulan, Lengkap Fakta Menariknya
-
Hyundai Siap Luncurkan Kendaraan Penjelajah Bulan di 2027
-
Realme 11 Pro Plus akan Hadir dengan Mode Pemotretan Bulan?
-
NASA Siap Kirim Robot Ular untuk Selidiki Adanya Kehidupan di Satelit Saturnus
-
Apa Perbedaan Gerhana Matahari Biasa dan Hibrida?
-
Kenapa Gerhana Matahari Cuma Sebentar? Kenapa Gerhana Bulan Berlangsung Lama?
-
Apa Keuntungan Bisnis Online di Bulan Ramadhan?