Sabtu, 27 April 2024
Dinar Surya Oktarini | Rezza Dwi Rachmanta : Jum'at, 05 Juli 2019 | 19:00 WIB

Aktifkan Notifikasimu

Jadilah yang pertama menerima update berita penting dan informasi menarik lainnya.

Hitekno.com - Eksplorasi luar angkasa merupakan sebuah eksplorasi yang berisiko tinggi jika dibandingkan eksplorasi konvensional di Bumi. Dari penelitian sebelumnya, radiasi dari Matahari dan sinar kosmik (radiasi luar angkasa) dianggap dapat membahayakan astronot.

Jika terpapar radiasi, astronot mendapatkan risiko terkena kanker dan penyakit jantung di kemudian hari.

Sebuah penelitian terbaru menyelidiki apakah astronot akan sekarat lebih awal dengan asumsi penelitian sebelumnya.

Hasilnya, penelitian baru menunjukkan bahwa astronot tidak meninggal sebelum waktunya terkait radiasi luar angkasa.

Tetapi para ilmuwan memperingatkan bahwa misi berdurasi panjang akan menimbulkan risiko serius.

"Kami belum mengesampingkannya, tetapi kami mencari sinyal dan kami tidak melihatnya," kata Robert Reynolds dari Mortality Research & Consulting,  di California.

Ilustrasi luar angkasa dan sinar kosmik. (Pixabay/ WikiImages)

Tim peneliti yang dipimpin oleh Reynolds menggunakan teknik statistik pada angka bertahan hidup untuk 301 astronot AS dan 117 kosmonot Rusia.

Dari total kelompok, 89 orang telah meninggal hingga saat ini.

Orang-orang ini meninggal karena berbagai sebab, tetapi Reynolds dan timnya hanya tertarik pada dua penyebab kematian tertentu yaitu kanker dan penyakit kardiovaskular.

Di antara para astronot, 30 persen meninggal karena kanker dan kurang dari 15 persen meninggal karena penyakit jantung.

Statistiknya sedikit berbeda untuk kosmonot, setengahnya meninggal karena penyakit jantung dan 28 persen karena kanker.

Statistik ini mungkin tampak tinggi dan mengkhawatirkan, tetapi analisis Reynolds menyarankan angka-angka tersebut tidak ada yang luar biasa.

Ilustrasi luar angkasa dari ISS. (Pixabay/ Free-Photos)

Tidak ada tren atau sedakan (hiccup) yang dapat dideteksi dalam data yang menunjuk pada penyebab umum kematian, yaitu paparan radiasi.

"Jika radiasi luar angkasa berdampak pada risiko kematian akibat kanker dan penyakit kardiovaskular, pada penelitian ini, efeknya tidak terlalu dramatis," kata Reynolds dikutip dari Gizmodo.

Meski tidak ada hubungan kematian lebih awal dengan paparan radiasi luar angkasa, peneliti tidak mengesampingkan bahwa misi luar angkasa selanjutnya mempunyai risiko lebih besar.

Saat ini, astronot hanya berkutat pada luar angkasa di orbit rendah Bumi seperti ISS.

Ilustrasi roket BFR yang digunakan untuk pulang dan pergi ke Mars. (SpaceX)

Dalam misi ke Mars, astronot diperkirakan akan terpapar radiasi yang lebih tinggi lagi.

Bahkan paparan radiasinya sama seperti radiasi yang mereka terima dari CT Scan seluruh tubuh sekitar seminggu sekali selama setahun penuh.

Berdasarkan penelitian tersebut, untuk sementara ini, radiasi luar angkasa tidak terlalu banyak menyebabkan kematian pada astronot namun peneliti menekankan bahwa mereka perlu waspada pada misi luar angkasa yang lebih jauh.

BACA SELANJUTNYA

Ilmuwan Ungkap Pendeteksi Kanker dan Tumor Tahap Awal, Jamur Jadi Senjatanya, Kok Bisa?